Kamis, 10 Mei 2012

Wahai Diri - Siti Khadijah SMA 01 Curup Kota

Wahai Diri....
Sudahi Sedihmu...
Wahai Diri..
Usap butiran yang mengalir di pipimu..
Wahai Diri..
Tahukah engkau?
Candamu menggugah dunia..
Wahai diri..
Ingatkah kau?
Kenangan indah masih tersimpan rapi di memorimu..
Wahai Diri...
Allah selalu bersamamu..
Wahai Diri...
Allah begitu mencintaimu...
Bangunlah!
Bangun secercah harapan dan asa dengan-Nya
Tersenyumlah!
Wahai diriku...

Senin, 30 April 2012

Jerit Hatiku Tanpamu!


Kawan, aku tahu tak ada ruang lagi di hatimu untukku. Aku tahu kesalahan fatal yang kuperbuat, kawan. Aku tak minta kau memaafkanku, aku hanya ingin kau tahu cintaku padamu. Aku hanya ingin kau tahu, kau tahu.. ,
Batinku memberontak, mencari di mana serpihan hatiku yang hilang. Dimana dirimu teman? Permintaan terakhirku tadi, kuminta kau simpan untaian kata BODOH dan TAK BERMAKNA yang kutuliskan di sela isak tangisku. Tapi, kau pukulkan surat itu bersama bukti kebencianmu. Titisan air mataku, jika itu membuatmu bahagia. Kan kulakukan setiap hari, Aziza, Kinan, Rini. Aku mencintai kalian! Kenapa kalian memberi kata BODOH dan TAK BERMAKNA itu kembali padaku? Buang saja ke tong sampah, yang menyimpan jutaan sampah-sampah busuk dan menjijikan. 
Ceria Kinan, saat kita akan berpisah dengan guru yang kita cintai.
Saat kulihat senyum kalian

Ceria bersama adik-adik itu, menghantuiku.

Minggu, 29 April 2012

Sang Hafidz & Hafidzah cilik!

Pagi minggu, seperti biasa. Aku, ayah, ibu dan adek-adek menyetorkan hafalan. Hari ini, Minggu terakhir di bulan april. 29/04/12. Adekku yang nomor 2, Zikri. Atau biasa dipanggil Daeng. Hari ini menamatkan 1 juz dari Al-Qur'an, yang biasa disebut juz Amma. Sekarang umurnya baru 7 tahun. Subhanallah, aku saja menamatkan juz 30 waktu umur 9 tahun.
Seneng banget deh rasanya! Punya adek hafidz cilik. Saat ini, aku baru menamatkan 2 juz. Do'akan ya, Al-baqarah ku tamat bulan Mei. Saat ini, aku baru menghfal 1/4 nya.
Yang di sebelahku ini, namanya Intan Istiqomah, semenjak aku hafal juz 30 waktu itu, dia jadi mau menghafal. Saat ini, dia sudah menghafal juz 30.
 Dan saat ini, dia baru memulai juz 29. Ada lagi temanku, yang semangat menghafal waktu aku tamat juz 30, hehhee..., Namanya Hafidz Hidayatullah dan Nurul Hafidzah. Aku nggak punya foto Izzah, jadi cuma Hafidz yang tampil.
Yang berbaju biru itu namanya Naufal Fadhel, dia anak Pagaralam juga lho! Tapi, sayangnya dia belum ahli Qur'an, saat ini dia ahli komputer. Sama seperti aku, aku dan dia sudah beberapa kali jadi utusan sekolah dalam lomba komputer. Hafidz punya adek, namanya Hanin. Sama pinternya lho! Juara 1 terus, dia juga Hafidzah cilik. Umurnya 6 tahun, Sudah menamatkan juz 30. Aku bangga deh, punya adek dan teman-teman seperti mereka. Aku nggak boleh kalah sama mereka. Do'akan kami selalu ya? Aku mulai menghafal sejak ustadz Purwanto dan ustadz Sobari, pendiri FQ atau Fahim Qur'an datng ke Curup, aku ngiri banget sama anak yang diPAMERin ustadz Purwanto dan ustadz Sobari, apalagi ustadz Purwanto punya Ilyi yang terus menghafal. Aku bertambah semangat, ketika membaca buku ini.
Ya, Sang Hafidz Dari Timur. Keren banget pokoknya. Berbagai di sana, terkadang aku menangis membacanya, iri, ikut jengkel, dan takut. Pokoknya top deh!
Ini kak Ewir, pertama aku mencoba menghubunginya lewat e-mail. Lalu dia add akun fbku, dan akhirnya kami berteman. Meski hafalannya g' banyak, dia tetap best deh! Dia seorang guru les, dan paling sering menyebut Anak-anak Masjid Jabal Tsur, mungkin dia guru ngajinya. Aku g' tw bukunya itu bakal jadi amal jariyah atau g', mudah-mudahan saja. Karena sudah bisa memotivasi banyak orang, aku, adek-adekku, dan teman-temanku. Bukunya banyak digemari anak sekolahku. Pokoknya best lah!

Sabtu, 28 April 2012

Senapas

Hahahaha....,
aku seperti orang gila saja, senyum n ktawa ndiri. Nggak tahu apa penyebabnya, tapi..,
ini guru, seorang guru SMPIT RR. Imut g'? Imut dong, awas yang bilang g' imut! Aku kenal ustadz Sandra, waktu sekolahku yang satu yayasan dengan SMPIT RR main ke sana, happy learning di sana. Tapi, g' ngobrol, cuma aku lihat. ooh, itu ustadz Sandra. Ayahku dulu guru sementara di SMPIT RR. Karena itu, pulang ngajar suka cerita tentang SMPIT RR. Ustadz Sandra ini hebat lho! Suaranya bagus, suka nulis juga. Sama seperti aku, keren kan? Aku punya videonya. Nama group nasyidnya Senapas, yang pertama nyanyi ustadz Sandra, trus ustadz Pian. Selanjutnya ustadz Sandra dan seterusnya lah.

http://www.youtube.com/watch?v=gLVwwztPdpc

Coba klik link ini, kalo aku upload video lama.
Lagu itu diciptakan ustadz Pian, temen nasyidnya dan guru sekolahku. Pokoknya aku suka group nasyid itu! Best lah, pokoknya.
Keren kan? Keren lah, oh ya, kemaren aku coment di fotonya. Bilang kalau rambutnya panjang-panjang, isk. eh, dikeroyok. Lari ah, trus. Ada salah satu anggotanya. Khairul Umam Khudori kalau g' salah deh, dia di koperasi syariah barokah. Magang apalah itu, g' tau deh. Kasihan nih, ustadz Sandra. Fotonya aku curi, yang lain g' temenan di fb soalnya. Gpp deh, moga senapas selalu berjaya bisa mengalahkan Justice voice n Edcoustic, eh, jangan deh. Samakan kedudukan sahaja, asal ngerebut kedudukan orang. Janganlah.. ^^

Senin, 09 April 2012

Pelajaran berharga! ^_^


Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai.
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu,
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu.
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka.
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta.

Cintailah seseorang itu dengan sederhana,
Andaipun suatu saat kita tak bisa saling memiliki,
Takan sulit melepaskannya.


adakah kau mengerti maknanya? Tentu karena kau hanya sebuah software, mereka mengira aku gila mencurahkan semuanya padamu. Tapi aku tahu Allah maha tahu, jadi aku bercerita dengan Allah. Hanya saja kutuliskan ini di lembar putihmu. upz, maaf, softwaremu.
Kau tahu saat ini aku adalah seorang remaja awal yang terus belajar menggenggam masa depan? Tentu saja, karena kau temanku. Yang selalu menemaniku dalam setiap detik putaran nafasku. Upz, maaf, kau adalah ke dua, pertama adalah Allah. Dan tahukah engkau? Bahwa setiap remaja ingin selalu mencoba ini dan itu. Di sekolah bukan hanya aku yang sudah mengalami pubertas. Tapi hampir seluruhnya. Aku tidak ingin seperti mereka, memamerkan bahwa mereka sudah punya pacar. Kau tahu? Aku ingin sendiri. Bersama Allah, dan dua malaikat di kiri kananku. Mereka merayuku, coba untuk mencari sebuah cinta. Aku menggeleng, bilang aku tidak tahu apa arti cinta. Mereka berlari mengejarku yang semakin jauh melangkah. Mengatakan bahwa cinta itu…, mereka mengundang penasaranku untuk makan malam di café farhat, upz, salah lagi. Mengundang penasaranku untuk bertanya apa cinta itu? Aku terus mencari hingga aku lupa, aku lupa ku menghadapi masa yang berat. Yang dimana pada masa ini aku akan menghadapi sejuta ujian yaaaaaaang berat. Kau tahu? Aku terjerumus ke lubang, lubang buaya. Upz, salah. Lubang kenistaan, tapi aku nggak terjun. Hanya berdiri menatap di pinggirnya. Tapi tetap saja kurasakan hatiku berkepiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!!!!!! Patah seribu!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Hatiku…, kau tahu? Seseorang telah mengajarkanku arti cinta, ia tidak tahu betapa bahagianya aku ketika ia tersenyum padaku. Ia tidak tahu, jika wajahnya selalu ikut campur di tiap mimpiku. Dan ia tidak tahu, ia lah yang menghancurkan hidupku! Membuyarkan konsentrasiku. Aku hancur, dan aku baru faham. Inilah cinta, cinta yang salah. Seharusnya aku sadar, aku tidak boleh meninggalkan Sang Khalik, seharusnya aku ingat, bahwa kesempatanku menggenggam dunia akan segera hadir ketika aku serius. Aku rindu dia, hah?! Apa aku mimpi ya? Tadi kenapa aku menangis karena rindu kepadanya? Boleh tertawa? Hahahaaha…..!! Kenapa aku ini? Dulu, aku menangis hanya jika aku marah. ya, marah. Aku menyesal kenapa tak bisa sabar? Aku menangis jika aku menyakiti seorang teman wanitaku, bagiku jika seorang lelaki tak masalah. Ah, aku gila jika bicara tentang ini. Jangan pindah ke topic lain. Ujung kisahku ini, aku hanya ingin kembali sebagai aku yang dulu. Ceria, semangat, focus, cerdas, dan tetap menjadi aku. Aku adalah aku, jangan paksa aku menjadi kamu, dia atau kalian. Buat teman-temanku. Makasih, pelajaran bermakna yang kalian berikan. ^.^


Kamis, 05 April 2012

Happy Brithday to me!


Prinsip hidupku, let’s gone be bye gone untuk masa suram yang telah kulalui dan akan kulalui. Tapi tidak untuk masa indah yang tersimpan rapi di memoriku. Besok adalah hari dimana umurku semakin berkurang, masaku di dunia semakin singkat. Aku ingin membahagiakan ibu, aku harap berhasil. Karena itu, aku agak telat hadir di sekolah.Sudah 4 tahun aku mengenmabn profesiku sebagai guru di sebuah sekolah swasta, gajiku tidak seberapa besar, dan sekali lagi aku berharap semoga yang kulakukan tercatat di buku amalku pada Malaikat Rakib. Amiin.., Setelah apa yang kucari kudapatkan di pasar, aku kembali ke rumah dengan membawa 2 kantong belanjaan. Ibu sedang pergi bersama kembaranku, Fandi. Sedang mendaftar sebagai calon jama’ah haji. Aku membuka tudung di atas meja makan, ada sayur dan lauk sederhana masakan ibu. Tak ada masakan yang lebih istimewa dari itu, aku membuka kantong belanjaan tadi. Tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku segera mengambilnya, ada pesan dari Fifi. Seorang muridku, kelas 6A.
Assalamu’alaikum, ustadz. Hari ini ada pelajaran IPS!” Astaghfirullah, aku terlupa akan tugasku. Aku segera ke kamar, mengganti pakaian dan tancap gas ke sekolah. Begitu sampai, kuparkir motor di tempat biasa dan setengah berlari menuju 6A. Santri 6A bertebaran di luar kelas, tumben. Biasanya mereka membaca buku di kelas. Sembari menungguku, tentunya. Tapi, sekarang mereka aneh. Perlakuan mereka itu menggelitik hatiku untuk mencari tahu. Aku memperlambat jalanku, semakin santai. Tetap saja, tak ada yang perduli. Bahkan ketika mereka melihatku, seakan aku tidak ada. Acuh dengan kedatanganku.
“Rizka.,” Sapaku pada seorang murid 6A. Rizka menoleh ke kiri dan kanan. Seakan mencari sumber suara. Padahal jelas, aku ada di depannya.
“Heey!” Aku memegang bahu Rizka, anak itu menoleh ke arahku.
“Ooh, ustadz.” Ucapnya singkat lalu masuk ke kelas. Aku menggaruk kepalaku, tak gatal. Mengelus dadaku, jalan yang ku pilih ini butuh kesabaran. Kulangkahkan kakiku ke 6A. Biasanya mereka akan segera masuk dan menyambutku. Tapi tidak untuk kali ini, hanya ada 9 orang di dalam. Thania, Rizky, Intan, Rizka, Ainul, Fikri, Fauzan, Aziz dan Ghufron. Mereka hanya sibuk bermain, berdiskusi. Entah apa. Aku bagai bayang yang mengikuti mereka.
“Bel sudah berbunyi ustadz,” ucap Agif begitu masuk ke kelas.
“Kalau mau ngajar kita ya besok lagi!” Nadanya seakan mengusirku, kutatap ia duduk di bangkunya dan membereskan meja yang cukup berantakan itu. Lalu ke belakang, bersama Fauzan, Fikri, Aziz dan Ghufron.
“Eh, Agif kok gitu?” tanyaku, terus menatapnya. Semakin heran.
“Terserah Agif dong tadz, tubuhnya punya Agif kok!” Thania menyambung, aku terkejut. Mengalihkan pandanganku ke Thania.
“Thania!” Ainul memukul bahu Thania, aku tersenyum. Aku tahu kelas ini tak akan ada yang tak menegur jika temannya kelewatan terhadap guru.
“Betul sekali kamu!” Lanjut Ainul tersenyum. Ada apa semua ini? Aku menghela nafas panjang dan keluar. Kulihat jam di tanganku. Masih ada 25 menit lagi, biasanya lebih waktu 5 menit pun mereka melarangku keluar. Entahlah.
***
Waktunya pulang, aku berjalan keluar dari ruang guru dengan perasaan kesal, lelah dan sedih. Kalau aku mau, aku bisa melaorkan perlakuan anak kelas 6A dan mencap mereka sebagai murid kurang ajar. Tapi aku punya hati, untuk memaafkan. Hari ini aku hanya mendapat tugas mengajar di lokal itu dan Tahfidz kelas 6B. Ah, jika aku tahu akan seperti ini. Aku tidak akan buru-buru datang ke sekolah. Lagi-lagi aku mengusap wajahku, berusaha bersabar atas semuanya. Kuhidupkan motor yang selalu menemaniku, lalu mengajaknya kembali pulang ke rumah. Tapi, kuputuskan berjalan-jalan sebentar sore ini. Menenangkan fikiranku.
***
Sampai di rumah, kudapati Fandi membaca buku dan ibu duduk di sofa ruang tamu.
“Dari mana Fen?” tanya ibu, dengan suara yang agak serak. seperti ingin menangis.
“Ngajar bu,” jawabku lembut, menyalami tangan ibu. Ibu mengisyaratkan aku untuk duduk, aku segera duduk.
“Kenapa tidak biasanya pulang lebih sore, apa ada jam tambahan?” tanya ibu lagi.
“Tadi jalan sebentar bu,” jawabku lagi.
“Tadi muridmu datang Fen, dia mau bayarang belanjaanmu tadi,” ucap Fandi, menyudahi bacaannya. Aku menoleh.
“Siapa? Bayaran apa?”
“Kamu beli barang di belakang dengan hutang Fen?” tanya ibu.
“Fendi tidak pernah berhutang bu,” balasku segera, ada apa semua ini? kenapa?
“Tadi ibu yang membayar, dengan tabungan hajinya.” Ucapan Fandi membuat jantungku berdegup tambah kencang.
“Ibu tidak jadi mendaftar haji.” Lanjutnya, hutang apakah aku sehingga menyusahkan ibuku? Dalam sejarah keluargaku aku tidak pernah berhutang, begitu juga yang lain. Ibu berdiri, meninggalkanku. Aku rasa dia kecewa atas tuduhan itu.
“Semua gara-gara kau Fendi!” Fandi berkata di telingaku, nyawaku bagai melayang. Jantungku berhenti berdegup, ucapan itu seakan menggema di telingaku. Terdengar berkali-kali, aku termenung beberapa saat. Mengingat apa tuduhan itu benar?, tak lama, terdengar azan Maghrib. Aku segera beristighfar. Lalu mengambil wudhu di belakang, mengganti baju dan pamit pada ibu.
“Fendi ke masjid bu, Assalamu’alaikum,” ibu tak membalas, aku segera keluar. Berlari menuju masjid, mengejar sholat berjama’ah. Semoga saja aku tidak masbuk.
***
Pagi yang cerah untuk hari indah. Aku membuka mata dan melakukan aktivitas sebagaimana biasanya. Pagi ini, aku mendapat giliran di 6A. Kulihat jam, sudah jam 07.30. Aku pamit pada ibu dan berangkat ke sekolah. Ibu masih tak menjawab, entahlah. Begitu sampai, sekolah masih sepi. Aku segera ke ruang guru, menghidupkan murattal dan menunggu kedatangan murid-muridku. Jam dinding terus memutar jarumnya. Muridku semakin ramai saja, hingga pukul 08.00. Aku membunyikan bel, tanda iftitah akan dimulai. Murid-muridku berhamburan ke lapangan. Dengan semangat aku menyapa mereka.
“Assalamu’alaikum, apa kabar hari ini?”
“Wa’alaikumsalam ustadz, Alhamdulillah, subhanallah, Allahu akbar!!” Jawab mereka semangat, aku mengajak murid-muridku itu bermain. Semua menyambut ceria, kecuali 6A. Mereka sibuk dengan urusan sendiri.
“Ok, do’a masuk rumah,” semua muridku membaca, kecuali 6A. Kupersilahkan mereka masuk ke kelas. Sekarang gantian.
“Kecuali 6A. Boleh masuk kelas.” Tapi, mereka malam berlari ke dalam kelas.
“Eh, belum masuk.” Ucapku berkali-kali. Percuma, kuhela nafas. Dan melangkahkan kaki menaiki tangga yang hanya 4 tingkat itu. Melewati kelas 1A, 2A, 4B, 5B, dan 6B.
“Assalamu’alaikum,” sapaku begitu memasuki kelas, tak ada yang menjawab. Lokal ini bising sekali, terdengar hingga ruang guru yang letaknya agak ke belakang.
“Assalamu’alaikum,” kuulangi salamku, tetap saja. Mereka sudah memancing amarahku. Kuambil sapu yang ada di dekat pintu itu, kupukulkan pada meja. Lokal hening, tak ada yang berkata. Bahkan mereka tak berani menatapku. Sekarang mereka membuatku diserang perasaan bersalah. Air mataku menitis.
“Kalian itu contoh adik-adik, lakukan yang terbaik.” Ucapku, mengusap air mata yang jatuh.
“Jika kalian tak ingin ustadz masuk lokal ini, katakan. Ustadz keluar!” nada ucapanku meninggi, air mataku semakin deras. Apa aku ini? Lemahnya aku di hadapan muridku.
“Ah!” Teriak Rizka memukul meja, aku menoleh. Menatapnya tajam.
“Sabar ustadz,” Fadli menenangkanku.
“Aktingnya terlalu bagus,” lanjutnya menjentikkan jari. Semua tersenyum dan bernyanyi.
“Happy birthday ustadz, Happy birthday ustadz, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday ustadz.” Dari belakang, Kesuma, Dila, dan Lativa datang membawa kue berbentuk hati, cukup besar.
“Selamat ulang tahun ustadz Fendi, barokallah fi umrika.” Aku tersenyum membaca tulisan di kue itu.
“Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga. Sekarang juga!” Aku meniup lilin di atasnya. Tersenyum di antara air mataku yang terus jatuh. Kemarahan dan kesedihan berganti bahagia. Tangisku bukan lagi tangis sesal melainkan haru.
“Kalian ini,” aku mengelus kepala mereka, tersenyum. Mengusap air mataku yang jatuh.
“Jangan menangis ustadz,” Thania dan Rizky datang membawa tisu. Aku menerimanya, tersenyum.
“Uang dari mana?” Tanyaku lembut.
“Sumbangaaan!” Jawab mereka kompak. Kupotong kue itu dan membagikannya pada mereka. Muridku, 6A.
***
Peristiwa tadi menutup kesedihanku, aku pulang lebih cepat dari biasanya. Bahagia sekali hatiku. Aku ingin berlutut pada ibu dan meminta maaf. Segera kuparkir motor.
“Assalamu’alaikum,” Kuucap salam bersama langkahku masuk. Kubuka pintu cokelat itu, dan. Aaah!! Ada air yang tumah dari atas, membasahi tubuhku.
“Ehm, bukan juga air, adonan kue.” Ucapku, membersihkan.
“Amis banget, bau telor ya?” Tanyaku pada diri sendiri.
“Karena itu hati-hati,” ucap seseorang dari depan, ibu.
“Amis banget kamu Fen,” Fandi menambahkan. Ibu tersenyum. Menenangkan hatiku.
“Selamat ulang tahun ya,” aku mengangguk. Melihat wajah ibu sekali lagi, aku segera berlutut.
“Maafkan Fendi ya bu,” Ibu menarikku, Fandi mengisyaratkanku untuk berdiri.
“Tak ada hutang, yang ada ibu haji tahun 2016.”
“Dan kue!” Ucap Fandi, aku melihat meja itu. Ya, ada kue di atasnya. Kupeluk 2 orang tersayangku itu. Dan kuucapkan terimakasih. Bahagiaku tak terkira hari ini, aku membersihkan badanku. Kembali bersujud pada Rabbku dan Rabb seluruh alam. Sebelum tidur, kutuliskan bahagiaku di selembar kertas.
 Awan menghitam, langit tak bersahabt. Matahari menyembunyikan sinarnya, lilin padamkan cahanya kecilnya.
Kuukir masa suramku di atas pasir, Let’s gone be bye gone. Angin sepoi kembali menerbangkannya. Jauh.., Jauh.., Jauh dari kehidupanku saat ini. Kembali dengan pelangi, kicau burung merdu. Serta rintik hujan yang menenangkan hatiku. Mengukir senyum ceria di hariku.
Langkahku semakin jauh, masaku semakin singkat. Sejarahku semakin bertambah. Kutemui bahagia dan kesedihan di perjalananku, terus hingga saat langkahku berhenti, nafasku tak lagi berputar.
Dan hingga sang maut menjemputku.  Happy birthday to me.

                                                                                                                (Rajab Effendi)

Rabu, 04 April 2012

Happy Birthday Grandma!

04-04-12
Hari ini, ulang tahun nenekku. Nenek tersayang. Dari aku kecil, hingga kini. Nenek terus mendampingiku, paling tidak melihatku dalam hari-harinya. Dari kecil hingga aku sebesar ini, hingga sekarang aku menjadi seorang remaja awal. Nenek masih sering membelikanku baju, sepatu, dan tas. Aku sayang nenek. Meski terkadang, aku membuatnya kecewa dengan tingkahku. Dia tetap menyayangiku. Terkadang, ia hanya bisa tersenyum melihatku yang semakin tomboy saja. Menolak pemberiannya yang bergaya benar-benar cewek.
 Maaf jelek, Icha tidak terlalu pandai nek, Icha ingin nenek bahagia dengan Icha. Icha akan berusaha penuhi keinginan nenek,. Maaf kalau Icha sering menyakiti hati nenek. Seandainya nenek membaca ini. Aku ingin tahu respon nenek. Love u nek!

Kamis, 10 Mei 2012

Wahai Diri - Siti Khadijah SMA 01 Curup Kota

Wahai Diri....
Sudahi Sedihmu...
Wahai Diri..
Usap butiran yang mengalir di pipimu..
Wahai Diri..
Tahukah engkau?
Candamu menggugah dunia..
Wahai diri..
Ingatkah kau?
Kenangan indah masih tersimpan rapi di memorimu..
Wahai Diri...
Allah selalu bersamamu..
Wahai Diri...
Allah begitu mencintaimu...
Bangunlah!
Bangun secercah harapan dan asa dengan-Nya
Tersenyumlah!
Wahai diriku...

Senin, 30 April 2012

Jerit Hatiku Tanpamu!


Kawan, aku tahu tak ada ruang lagi di hatimu untukku. Aku tahu kesalahan fatal yang kuperbuat, kawan. Aku tak minta kau memaafkanku, aku hanya ingin kau tahu cintaku padamu. Aku hanya ingin kau tahu, kau tahu.. ,
Batinku memberontak, mencari di mana serpihan hatiku yang hilang. Dimana dirimu teman? Permintaan terakhirku tadi, kuminta kau simpan untaian kata BODOH dan TAK BERMAKNA yang kutuliskan di sela isak tangisku. Tapi, kau pukulkan surat itu bersama bukti kebencianmu. Titisan air mataku, jika itu membuatmu bahagia. Kan kulakukan setiap hari, Aziza, Kinan, Rini. Aku mencintai kalian! Kenapa kalian memberi kata BODOH dan TAK BERMAKNA itu kembali padaku? Buang saja ke tong sampah, yang menyimpan jutaan sampah-sampah busuk dan menjijikan. 
Ceria Kinan, saat kita akan berpisah dengan guru yang kita cintai.
Saat kulihat senyum kalian

Ceria bersama adik-adik itu, menghantuiku.

Minggu, 29 April 2012

Sang Hafidz & Hafidzah cilik!

Pagi minggu, seperti biasa. Aku, ayah, ibu dan adek-adek menyetorkan hafalan. Hari ini, Minggu terakhir di bulan april. 29/04/12. Adekku yang nomor 2, Zikri. Atau biasa dipanggil Daeng. Hari ini menamatkan 1 juz dari Al-Qur'an, yang biasa disebut juz Amma. Sekarang umurnya baru 7 tahun. Subhanallah, aku saja menamatkan juz 30 waktu umur 9 tahun.
Seneng banget deh rasanya! Punya adek hafidz cilik. Saat ini, aku baru menamatkan 2 juz. Do'akan ya, Al-baqarah ku tamat bulan Mei. Saat ini, aku baru menghfal 1/4 nya.
Yang di sebelahku ini, namanya Intan Istiqomah, semenjak aku hafal juz 30 waktu itu, dia jadi mau menghafal. Saat ini, dia sudah menghafal juz 30.
 Dan saat ini, dia baru memulai juz 29. Ada lagi temanku, yang semangat menghafal waktu aku tamat juz 30, hehhee..., Namanya Hafidz Hidayatullah dan Nurul Hafidzah. Aku nggak punya foto Izzah, jadi cuma Hafidz yang tampil.
Yang berbaju biru itu namanya Naufal Fadhel, dia anak Pagaralam juga lho! Tapi, sayangnya dia belum ahli Qur'an, saat ini dia ahli komputer. Sama seperti aku, aku dan dia sudah beberapa kali jadi utusan sekolah dalam lomba komputer. Hafidz punya adek, namanya Hanin. Sama pinternya lho! Juara 1 terus, dia juga Hafidzah cilik. Umurnya 6 tahun, Sudah menamatkan juz 30. Aku bangga deh, punya adek dan teman-teman seperti mereka. Aku nggak boleh kalah sama mereka. Do'akan kami selalu ya? Aku mulai menghafal sejak ustadz Purwanto dan ustadz Sobari, pendiri FQ atau Fahim Qur'an datng ke Curup, aku ngiri banget sama anak yang diPAMERin ustadz Purwanto dan ustadz Sobari, apalagi ustadz Purwanto punya Ilyi yang terus menghafal. Aku bertambah semangat, ketika membaca buku ini.
Ya, Sang Hafidz Dari Timur. Keren banget pokoknya. Berbagai di sana, terkadang aku menangis membacanya, iri, ikut jengkel, dan takut. Pokoknya top deh!
Ini kak Ewir, pertama aku mencoba menghubunginya lewat e-mail. Lalu dia add akun fbku, dan akhirnya kami berteman. Meski hafalannya g' banyak, dia tetap best deh! Dia seorang guru les, dan paling sering menyebut Anak-anak Masjid Jabal Tsur, mungkin dia guru ngajinya. Aku g' tw bukunya itu bakal jadi amal jariyah atau g', mudah-mudahan saja. Karena sudah bisa memotivasi banyak orang, aku, adek-adekku, dan teman-temanku. Bukunya banyak digemari anak sekolahku. Pokoknya best lah!

Sabtu, 28 April 2012

Senapas

Hahahaha....,
aku seperti orang gila saja, senyum n ktawa ndiri. Nggak tahu apa penyebabnya, tapi..,
ini guru, seorang guru SMPIT RR. Imut g'? Imut dong, awas yang bilang g' imut! Aku kenal ustadz Sandra, waktu sekolahku yang satu yayasan dengan SMPIT RR main ke sana, happy learning di sana. Tapi, g' ngobrol, cuma aku lihat. ooh, itu ustadz Sandra. Ayahku dulu guru sementara di SMPIT RR. Karena itu, pulang ngajar suka cerita tentang SMPIT RR. Ustadz Sandra ini hebat lho! Suaranya bagus, suka nulis juga. Sama seperti aku, keren kan? Aku punya videonya. Nama group nasyidnya Senapas, yang pertama nyanyi ustadz Sandra, trus ustadz Pian. Selanjutnya ustadz Sandra dan seterusnya lah.

http://www.youtube.com/watch?v=gLVwwztPdpc

Coba klik link ini, kalo aku upload video lama.
Lagu itu diciptakan ustadz Pian, temen nasyidnya dan guru sekolahku. Pokoknya aku suka group nasyid itu! Best lah, pokoknya.
Keren kan? Keren lah, oh ya, kemaren aku coment di fotonya. Bilang kalau rambutnya panjang-panjang, isk. eh, dikeroyok. Lari ah, trus. Ada salah satu anggotanya. Khairul Umam Khudori kalau g' salah deh, dia di koperasi syariah barokah. Magang apalah itu, g' tau deh. Kasihan nih, ustadz Sandra. Fotonya aku curi, yang lain g' temenan di fb soalnya. Gpp deh, moga senapas selalu berjaya bisa mengalahkan Justice voice n Edcoustic, eh, jangan deh. Samakan kedudukan sahaja, asal ngerebut kedudukan orang. Janganlah.. ^^

Senin, 09 April 2012

Pelajaran berharga! ^_^


Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai.
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu,
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu.
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka.
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta.

Cintailah seseorang itu dengan sederhana,
Andaipun suatu saat kita tak bisa saling memiliki,
Takan sulit melepaskannya.


adakah kau mengerti maknanya? Tentu karena kau hanya sebuah software, mereka mengira aku gila mencurahkan semuanya padamu. Tapi aku tahu Allah maha tahu, jadi aku bercerita dengan Allah. Hanya saja kutuliskan ini di lembar putihmu. upz, maaf, softwaremu.
Kau tahu saat ini aku adalah seorang remaja awal yang terus belajar menggenggam masa depan? Tentu saja, karena kau temanku. Yang selalu menemaniku dalam setiap detik putaran nafasku. Upz, maaf, kau adalah ke dua, pertama adalah Allah. Dan tahukah engkau? Bahwa setiap remaja ingin selalu mencoba ini dan itu. Di sekolah bukan hanya aku yang sudah mengalami pubertas. Tapi hampir seluruhnya. Aku tidak ingin seperti mereka, memamerkan bahwa mereka sudah punya pacar. Kau tahu? Aku ingin sendiri. Bersama Allah, dan dua malaikat di kiri kananku. Mereka merayuku, coba untuk mencari sebuah cinta. Aku menggeleng, bilang aku tidak tahu apa arti cinta. Mereka berlari mengejarku yang semakin jauh melangkah. Mengatakan bahwa cinta itu…, mereka mengundang penasaranku untuk makan malam di café farhat, upz, salah lagi. Mengundang penasaranku untuk bertanya apa cinta itu? Aku terus mencari hingga aku lupa, aku lupa ku menghadapi masa yang berat. Yang dimana pada masa ini aku akan menghadapi sejuta ujian yaaaaaaang berat. Kau tahu? Aku terjerumus ke lubang, lubang buaya. Upz, salah. Lubang kenistaan, tapi aku nggak terjun. Hanya berdiri menatap di pinggirnya. Tapi tetap saja kurasakan hatiku berkepiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!!!!!! Patah seribu!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Hatiku…, kau tahu? Seseorang telah mengajarkanku arti cinta, ia tidak tahu betapa bahagianya aku ketika ia tersenyum padaku. Ia tidak tahu, jika wajahnya selalu ikut campur di tiap mimpiku. Dan ia tidak tahu, ia lah yang menghancurkan hidupku! Membuyarkan konsentrasiku. Aku hancur, dan aku baru faham. Inilah cinta, cinta yang salah. Seharusnya aku sadar, aku tidak boleh meninggalkan Sang Khalik, seharusnya aku ingat, bahwa kesempatanku menggenggam dunia akan segera hadir ketika aku serius. Aku rindu dia, hah?! Apa aku mimpi ya? Tadi kenapa aku menangis karena rindu kepadanya? Boleh tertawa? Hahahaaha…..!! Kenapa aku ini? Dulu, aku menangis hanya jika aku marah. ya, marah. Aku menyesal kenapa tak bisa sabar? Aku menangis jika aku menyakiti seorang teman wanitaku, bagiku jika seorang lelaki tak masalah. Ah, aku gila jika bicara tentang ini. Jangan pindah ke topic lain. Ujung kisahku ini, aku hanya ingin kembali sebagai aku yang dulu. Ceria, semangat, focus, cerdas, dan tetap menjadi aku. Aku adalah aku, jangan paksa aku menjadi kamu, dia atau kalian. Buat teman-temanku. Makasih, pelajaran bermakna yang kalian berikan. ^.^


Kamis, 05 April 2012

Happy Brithday to me!


Prinsip hidupku, let’s gone be bye gone untuk masa suram yang telah kulalui dan akan kulalui. Tapi tidak untuk masa indah yang tersimpan rapi di memoriku. Besok adalah hari dimana umurku semakin berkurang, masaku di dunia semakin singkat. Aku ingin membahagiakan ibu, aku harap berhasil. Karena itu, aku agak telat hadir di sekolah.Sudah 4 tahun aku mengenmabn profesiku sebagai guru di sebuah sekolah swasta, gajiku tidak seberapa besar, dan sekali lagi aku berharap semoga yang kulakukan tercatat di buku amalku pada Malaikat Rakib. Amiin.., Setelah apa yang kucari kudapatkan di pasar, aku kembali ke rumah dengan membawa 2 kantong belanjaan. Ibu sedang pergi bersama kembaranku, Fandi. Sedang mendaftar sebagai calon jama’ah haji. Aku membuka tudung di atas meja makan, ada sayur dan lauk sederhana masakan ibu. Tak ada masakan yang lebih istimewa dari itu, aku membuka kantong belanjaan tadi. Tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku segera mengambilnya, ada pesan dari Fifi. Seorang muridku, kelas 6A.
Assalamu’alaikum, ustadz. Hari ini ada pelajaran IPS!” Astaghfirullah, aku terlupa akan tugasku. Aku segera ke kamar, mengganti pakaian dan tancap gas ke sekolah. Begitu sampai, kuparkir motor di tempat biasa dan setengah berlari menuju 6A. Santri 6A bertebaran di luar kelas, tumben. Biasanya mereka membaca buku di kelas. Sembari menungguku, tentunya. Tapi, sekarang mereka aneh. Perlakuan mereka itu menggelitik hatiku untuk mencari tahu. Aku memperlambat jalanku, semakin santai. Tetap saja, tak ada yang perduli. Bahkan ketika mereka melihatku, seakan aku tidak ada. Acuh dengan kedatanganku.
“Rizka.,” Sapaku pada seorang murid 6A. Rizka menoleh ke kiri dan kanan. Seakan mencari sumber suara. Padahal jelas, aku ada di depannya.
“Heey!” Aku memegang bahu Rizka, anak itu menoleh ke arahku.
“Ooh, ustadz.” Ucapnya singkat lalu masuk ke kelas. Aku menggaruk kepalaku, tak gatal. Mengelus dadaku, jalan yang ku pilih ini butuh kesabaran. Kulangkahkan kakiku ke 6A. Biasanya mereka akan segera masuk dan menyambutku. Tapi tidak untuk kali ini, hanya ada 9 orang di dalam. Thania, Rizky, Intan, Rizka, Ainul, Fikri, Fauzan, Aziz dan Ghufron. Mereka hanya sibuk bermain, berdiskusi. Entah apa. Aku bagai bayang yang mengikuti mereka.
“Bel sudah berbunyi ustadz,” ucap Agif begitu masuk ke kelas.
“Kalau mau ngajar kita ya besok lagi!” Nadanya seakan mengusirku, kutatap ia duduk di bangkunya dan membereskan meja yang cukup berantakan itu. Lalu ke belakang, bersama Fauzan, Fikri, Aziz dan Ghufron.
“Eh, Agif kok gitu?” tanyaku, terus menatapnya. Semakin heran.
“Terserah Agif dong tadz, tubuhnya punya Agif kok!” Thania menyambung, aku terkejut. Mengalihkan pandanganku ke Thania.
“Thania!” Ainul memukul bahu Thania, aku tersenyum. Aku tahu kelas ini tak akan ada yang tak menegur jika temannya kelewatan terhadap guru.
“Betul sekali kamu!” Lanjut Ainul tersenyum. Ada apa semua ini? Aku menghela nafas panjang dan keluar. Kulihat jam di tanganku. Masih ada 25 menit lagi, biasanya lebih waktu 5 menit pun mereka melarangku keluar. Entahlah.
***
Waktunya pulang, aku berjalan keluar dari ruang guru dengan perasaan kesal, lelah dan sedih. Kalau aku mau, aku bisa melaorkan perlakuan anak kelas 6A dan mencap mereka sebagai murid kurang ajar. Tapi aku punya hati, untuk memaafkan. Hari ini aku hanya mendapat tugas mengajar di lokal itu dan Tahfidz kelas 6B. Ah, jika aku tahu akan seperti ini. Aku tidak akan buru-buru datang ke sekolah. Lagi-lagi aku mengusap wajahku, berusaha bersabar atas semuanya. Kuhidupkan motor yang selalu menemaniku, lalu mengajaknya kembali pulang ke rumah. Tapi, kuputuskan berjalan-jalan sebentar sore ini. Menenangkan fikiranku.
***
Sampai di rumah, kudapati Fandi membaca buku dan ibu duduk di sofa ruang tamu.
“Dari mana Fen?” tanya ibu, dengan suara yang agak serak. seperti ingin menangis.
“Ngajar bu,” jawabku lembut, menyalami tangan ibu. Ibu mengisyaratkan aku untuk duduk, aku segera duduk.
“Kenapa tidak biasanya pulang lebih sore, apa ada jam tambahan?” tanya ibu lagi.
“Tadi jalan sebentar bu,” jawabku lagi.
“Tadi muridmu datang Fen, dia mau bayarang belanjaanmu tadi,” ucap Fandi, menyudahi bacaannya. Aku menoleh.
“Siapa? Bayaran apa?”
“Kamu beli barang di belakang dengan hutang Fen?” tanya ibu.
“Fendi tidak pernah berhutang bu,” balasku segera, ada apa semua ini? kenapa?
“Tadi ibu yang membayar, dengan tabungan hajinya.” Ucapan Fandi membuat jantungku berdegup tambah kencang.
“Ibu tidak jadi mendaftar haji.” Lanjutnya, hutang apakah aku sehingga menyusahkan ibuku? Dalam sejarah keluargaku aku tidak pernah berhutang, begitu juga yang lain. Ibu berdiri, meninggalkanku. Aku rasa dia kecewa atas tuduhan itu.
“Semua gara-gara kau Fendi!” Fandi berkata di telingaku, nyawaku bagai melayang. Jantungku berhenti berdegup, ucapan itu seakan menggema di telingaku. Terdengar berkali-kali, aku termenung beberapa saat. Mengingat apa tuduhan itu benar?, tak lama, terdengar azan Maghrib. Aku segera beristighfar. Lalu mengambil wudhu di belakang, mengganti baju dan pamit pada ibu.
“Fendi ke masjid bu, Assalamu’alaikum,” ibu tak membalas, aku segera keluar. Berlari menuju masjid, mengejar sholat berjama’ah. Semoga saja aku tidak masbuk.
***
Pagi yang cerah untuk hari indah. Aku membuka mata dan melakukan aktivitas sebagaimana biasanya. Pagi ini, aku mendapat giliran di 6A. Kulihat jam, sudah jam 07.30. Aku pamit pada ibu dan berangkat ke sekolah. Ibu masih tak menjawab, entahlah. Begitu sampai, sekolah masih sepi. Aku segera ke ruang guru, menghidupkan murattal dan menunggu kedatangan murid-muridku. Jam dinding terus memutar jarumnya. Muridku semakin ramai saja, hingga pukul 08.00. Aku membunyikan bel, tanda iftitah akan dimulai. Murid-muridku berhamburan ke lapangan. Dengan semangat aku menyapa mereka.
“Assalamu’alaikum, apa kabar hari ini?”
“Wa’alaikumsalam ustadz, Alhamdulillah, subhanallah, Allahu akbar!!” Jawab mereka semangat, aku mengajak murid-muridku itu bermain. Semua menyambut ceria, kecuali 6A. Mereka sibuk dengan urusan sendiri.
“Ok, do’a masuk rumah,” semua muridku membaca, kecuali 6A. Kupersilahkan mereka masuk ke kelas. Sekarang gantian.
“Kecuali 6A. Boleh masuk kelas.” Tapi, mereka malam berlari ke dalam kelas.
“Eh, belum masuk.” Ucapku berkali-kali. Percuma, kuhela nafas. Dan melangkahkan kaki menaiki tangga yang hanya 4 tingkat itu. Melewati kelas 1A, 2A, 4B, 5B, dan 6B.
“Assalamu’alaikum,” sapaku begitu memasuki kelas, tak ada yang menjawab. Lokal ini bising sekali, terdengar hingga ruang guru yang letaknya agak ke belakang.
“Assalamu’alaikum,” kuulangi salamku, tetap saja. Mereka sudah memancing amarahku. Kuambil sapu yang ada di dekat pintu itu, kupukulkan pada meja. Lokal hening, tak ada yang berkata. Bahkan mereka tak berani menatapku. Sekarang mereka membuatku diserang perasaan bersalah. Air mataku menitis.
“Kalian itu contoh adik-adik, lakukan yang terbaik.” Ucapku, mengusap air mata yang jatuh.
“Jika kalian tak ingin ustadz masuk lokal ini, katakan. Ustadz keluar!” nada ucapanku meninggi, air mataku semakin deras. Apa aku ini? Lemahnya aku di hadapan muridku.
“Ah!” Teriak Rizka memukul meja, aku menoleh. Menatapnya tajam.
“Sabar ustadz,” Fadli menenangkanku.
“Aktingnya terlalu bagus,” lanjutnya menjentikkan jari. Semua tersenyum dan bernyanyi.
“Happy birthday ustadz, Happy birthday ustadz, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday ustadz.” Dari belakang, Kesuma, Dila, dan Lativa datang membawa kue berbentuk hati, cukup besar.
“Selamat ulang tahun ustadz Fendi, barokallah fi umrika.” Aku tersenyum membaca tulisan di kue itu.
“Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga. Sekarang juga!” Aku meniup lilin di atasnya. Tersenyum di antara air mataku yang terus jatuh. Kemarahan dan kesedihan berganti bahagia. Tangisku bukan lagi tangis sesal melainkan haru.
“Kalian ini,” aku mengelus kepala mereka, tersenyum. Mengusap air mataku yang jatuh.
“Jangan menangis ustadz,” Thania dan Rizky datang membawa tisu. Aku menerimanya, tersenyum.
“Uang dari mana?” Tanyaku lembut.
“Sumbangaaan!” Jawab mereka kompak. Kupotong kue itu dan membagikannya pada mereka. Muridku, 6A.
***
Peristiwa tadi menutup kesedihanku, aku pulang lebih cepat dari biasanya. Bahagia sekali hatiku. Aku ingin berlutut pada ibu dan meminta maaf. Segera kuparkir motor.
“Assalamu’alaikum,” Kuucap salam bersama langkahku masuk. Kubuka pintu cokelat itu, dan. Aaah!! Ada air yang tumah dari atas, membasahi tubuhku.
“Ehm, bukan juga air, adonan kue.” Ucapku, membersihkan.
“Amis banget, bau telor ya?” Tanyaku pada diri sendiri.
“Karena itu hati-hati,” ucap seseorang dari depan, ibu.
“Amis banget kamu Fen,” Fandi menambahkan. Ibu tersenyum. Menenangkan hatiku.
“Selamat ulang tahun ya,” aku mengangguk. Melihat wajah ibu sekali lagi, aku segera berlutut.
“Maafkan Fendi ya bu,” Ibu menarikku, Fandi mengisyaratkanku untuk berdiri.
“Tak ada hutang, yang ada ibu haji tahun 2016.”
“Dan kue!” Ucap Fandi, aku melihat meja itu. Ya, ada kue di atasnya. Kupeluk 2 orang tersayangku itu. Dan kuucapkan terimakasih. Bahagiaku tak terkira hari ini, aku membersihkan badanku. Kembali bersujud pada Rabbku dan Rabb seluruh alam. Sebelum tidur, kutuliskan bahagiaku di selembar kertas.
 Awan menghitam, langit tak bersahabt. Matahari menyembunyikan sinarnya, lilin padamkan cahanya kecilnya.
Kuukir masa suramku di atas pasir, Let’s gone be bye gone. Angin sepoi kembali menerbangkannya. Jauh.., Jauh.., Jauh dari kehidupanku saat ini. Kembali dengan pelangi, kicau burung merdu. Serta rintik hujan yang menenangkan hatiku. Mengukir senyum ceria di hariku.
Langkahku semakin jauh, masaku semakin singkat. Sejarahku semakin bertambah. Kutemui bahagia dan kesedihan di perjalananku, terus hingga saat langkahku berhenti, nafasku tak lagi berputar.
Dan hingga sang maut menjemputku.  Happy birthday to me.

                                                                                                                (Rajab Effendi)

Rabu, 04 April 2012

Happy Birthday Grandma!

04-04-12
Hari ini, ulang tahun nenekku. Nenek tersayang. Dari aku kecil, hingga kini. Nenek terus mendampingiku, paling tidak melihatku dalam hari-harinya. Dari kecil hingga aku sebesar ini, hingga sekarang aku menjadi seorang remaja awal. Nenek masih sering membelikanku baju, sepatu, dan tas. Aku sayang nenek. Meski terkadang, aku membuatnya kecewa dengan tingkahku. Dia tetap menyayangiku. Terkadang, ia hanya bisa tersenyum melihatku yang semakin tomboy saja. Menolak pemberiannya yang bergaya benar-benar cewek.
 Maaf jelek, Icha tidak terlalu pandai nek, Icha ingin nenek bahagia dengan Icha. Icha akan berusaha penuhi keinginan nenek,. Maaf kalau Icha sering menyakiti hati nenek. Seandainya nenek membaca ini. Aku ingin tahu respon nenek. Love u nek!

.

[gigya width="100" height="100" src="http://www.widgipedia.com/widgets/orido/Jam-Garuda-Indonesia-4639-8192_134217728.widget?__install_id=1276566823397&__view=expanded" quality="autohigh" loop="false" wmode="transparent" menu="false" allowScriptAccess="sameDomain" ]