Kamis, 29 September 2011

Teman


Disaat matahari mulai menghilang....................

Disaat langit mulai menghitam..............

Hati ini kembali gelisah..............

Hati ini kembali Hitam..........

Hati ini kembali muram.............

Disaat itulah kau datang dengan senyummu.................


Disaat itulah kau datang dengan hati tulus............ 


Teman..........


Kau datang tepat dimana aku membutuhkanmu.............


Kau menabur bintang di hatiku.............

Memberi cahaya malam di hatiku..........

Menebar Kesejuan angin malam di hatiku..........


Tuhan............


izinkan aku mendengar ceritanya...............

izinkan aku mengusap air matanya............

izinkan aku melihat senyumnya...............

izinkan aku mendengar tawanya...............

izinkan aku mendekap tubuhnya....................

izinkan.........

mohon tuhan............... 

kembalikan kesempatan itu....................





Senin, 26 September 2011

Akhir Sahabat


            Kejadian yang terjadi dua tahun lalu ini terus kuingat, pada hari dimana itulah hari terakhirmu sobat, hari yang mengingatkanku akan janji Allah, bahwa semua makhluk tanpa terkecuali akan meninggalkan dunia fana ini, ingin aku meraung sejadi-jadinya engkau meninggal tepat di depanku dan surat akhirmu, tubuhmu terjatuh dan terbaring tak berdaya di ruang kelas, lokal ini menjadi tempat terakhirmu di dunia ini. Saat itu kau sedang menulis sebuah surat di atas kertas berwarna hijau muda kesukaanku. Kau asyik dengan tulisanmu, bahkan saat menjawab pertanyaanku kau tak menoleh sedikitpun padaku.
“Ngapain Riz??”
“Surat untukmu, bisa dibaca kalo udah selesai nanti…….”
“Kemana penaku??”
“owh, ini……..” Fariz merogoh kantung tasnya, tapi tak dia temukan, ia mengingat apa yang dia kerjakan tadi lalu berkata.
“Sudah kukembalikan…….”
“Belum Riz, ayolah, berikan padaku itu tanda sahabat kita, itu sangat berarti bagiku……”
“Sudah, tadi Azzam lihat, Tanya saja…..” berkata Fariz dan kebetulan di saat itu Azzam melewati kamu, aku memanggil Azzam.
“Ada apa Man?” ujarnya lembut, sifat ramah dan murah senyum membuatnya terkenal hingga ke ujung sekolah.
“Apa tadi kamu melihat Fariz mengembalikan penaku??”
“Oh, pena yang bertuliskan Fazman itu??”
“Iya, betul itu…..”
“Seingatku sudah, saat Fariz mengembalikan kamu sedang menggambar……..” 
“tapi itu tidak ada…..”
“Ya sudah Man, nanti biar kuganti pena itu…..” Fariz santai, aku curiga apa dia berbohong sudah mengembalikan penaku?
“Tidak, aku tak menginginkan gantinya…….” Belum selesai berbicara datang Hafidz menyalamiku, aku sedikit heran. Ada apa?
“Selamat ulang tahun ya Man, semoga jadi anak cerdas, berbakti dan umurmu berkah…” ujar Hafidz melontar senyumnya. Aku ingat hari ini adalah ulang tahunku, tapi, apa yang diberikan Fariz untukku? Dia sama sekali tak menghargai persahabatan ini, saat dia ulang tahun, aku memberikan sebuah novel yang sudah diidamkannya sejak awal novel itu beredar. Aku rela walau aku harus berjualan Koran dari pulang sekolah hingga sore, terkadang aku merasakan dinginnya hujan, Fariz sahabat yang tak tahu terimakasih, dia hanya berucap selamat? Aku tak percaya ini Fariz?

            “Azman tunggu aku……” Fariz mengejarku
“untuk apa? Bukankah kamu bisa pergi ke kantin bersama Azzam?? Azzam lebih penting dari aku!” Fariz terkejut dengan sikapku, aku setengah berlari ke kantin dia terus mengikutiku.
“Apa?!” seruku sambil berbalik ke belakang, Fariz menatapku
“Azman, jelaskan apa salahku? Masalah hadiah? Hari ini juga akan kuberi Man, apa karena hadiah saja kau berubah secepat itu?” Fariz memelas, sedikit kasihan tapi aku tak memperdulikannya aku duduk di bangku kantin Fariz mengikutiku.
“Kembalikan pena itu, pena itu berarti untukku……” ucapku sambil menunduk
“aku berjanji akan mendapatkannya hari ini juga……” balasnya dia menjulurkan tangannya ingin bersalaman, tak kuhiraukan aku segera pergi ke dalam kelas, aku melihat kekecewaan di wajah Fariz melihat perubahanku, memanfaatkan waktu dia mencari penaku di kelas, aku tak menghiraukannya.
“Terserah kau Fariz!! Kau tak menghargai pemberianku!! Kau menghilangkan pena kesayanganku!!” aku berteriak dalam hati, kekesalan ini bertambah dengan adanya dorongan setan. Sebenarnya ada rasa kasihan dalam hati ini, ingin kubantu Fariz mencari pena itu. Tapi, alangkah malunya aku, apa yang akan dikatakan teman-teman tentangku? Aku tak menghiraukannya mengambil kertas dan mulai mencorat-coret kertas itu. Bel berbunyi, Ustadz Anto memasuki kelas, dengan senyum dia menjawab salam dari kami, pr dikumpulan, ustadz Anto akan memeriksanya sementara kami bebas bermain asalkan tak terlalu ribut, Fariz tetap sibuk mencari pena itu, dia mencari tanpa menghiraukan penggilan dari siapapun kecuali aku dan ustadz, dia tak memperdulikan panggilan sombong padanya. Aku terharu melihat pengorbanan Fariz, titik-titik bening telah memenuhi pelupuk mataku, tapi aku terus berusaha untuk tidak menangis. Tiba-tiba bumi bergoyang, semua segera keluar membawa peralatan belajar mereka, aku menarik Fariz untuk keluar.
“Ayo Fariz! Guncangan ini kuat sekali, nanti kita tertimpa bangunan!” seruku
“tunggu, itu penanya……..!” Fariz berlari mengambil pena kesayangaku itu dan kembali ke tempat duduknya, mengambil surat tadi dan sebuah kotak. Bangunan mulai runtuh jarak bangku Fariz ke pintu cukup jauh, kami segera berlari tapi sebuah bangunan runtuh di belakang Fariz membuat kakiku bergetar dan sangat kaku untuk berjalan. Atap kelas kami akan terjatuh, Fariz mendorongku dan melempar surat, pena dan kotak yang berbungkus kertas kado warna hijau muda, kakiku masih kaku untuk digerakkan, Fariz tertimbun reruntuhan bangunan. Aku terududuk! Fariz telah pergi! Bumi perlahan kembali seperti semula, air mataku tak dapat ditahan, aku menangis sejadi-jadinya.
“Fariiiiz………” bibirku bergetar, Azzam menghampiriku.
“Bukan hanya Fariz yang tertimbun, Hafidz, Ustadz Anto dan Asywa di dalam……” air mata Azzam menetes. Berkali-kali dia mengucapkan Hamdallah bersyukur dia masih diberi nyawa.
“Asta..ghfiru..llah…….” aku terdendat mengucap istighfar, aku tak percaya semua ini! setelah semuanya tenang, aku pulang kerumah membawa pena, surat dan kotak kecil dari Fariz, jenazah Fariz sudah berada di rumah sakit, aku harap dia bahagia. Di jalan, air mataku tak dapat kuhentikan, bagaimana tidak! Fariz menyelamatkanku! Sia juga masih sempat memberi surat dan pena kesayanganku! Aku duduk di teras rumahku, adikku tidak apa-apa aku bersyukur, ummi dan abi sedang pergi ke rumah nenek, yang sudah dipastikan tidak akan terkena guncangan dahsyat itu. Perlahan kubuka kotak kecil itu, di dalamnya terdapat sebuah kotak musik yang melantunkan lagu Snada-Teman sejati, air mataku kembali membanjir setelah membaca surat dari Fariz.
“Azman, sahabat baikku, maafkan aku, hanya ini yang dapat kuberikan padamu, jika kita akan berpisah nanti, kuharap kau tak lupa denganku, tak banyak kebaikan yang kulakukan untukmu, hanya ini yang dapat kulakukan untukmu Man, Jazakumullah khairan katsira atas semua kebaikanmu sobat, di hari ulang tahunmu ini, kuharap kau bahagia untuk selamanya. Walau nanti kita tak dapat bertemu kembali……… salam hangat persahabatan Fariz” 
“Ya Allah, aku tak ingin pena ini, aku ingin sahabatku, ya Allah kembalikan Fariz, ambilah nyawaku, dia terlalu baik tuk disakiti ya Allah, aku belum sempat meminta maaf padanya ya Allah……..” aku berteriak dalam hati, seandainya saja aku mengetahui ini yang akan terjadi, aku akan biarkan pena itu hilang, sungguh baik hati Fariz, dia menghadiahkan nyawanya untukku, berilah dia tempat terbaik di sisimu ya Allah. Amiin.

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa



Kau mengajarku tanpa lelah……..
Dengan sabar kau beri ilmu padaku…….
Kau beri bekal hidup di masa datang……
Masih kuingat pesanmu…..
Untuk selalu berusaha jadi yang terbaik……
Untuk tidak mudah putus asa……
Untuk selalu berbuat kebaikan……
Pagi hari kau datang ke sekolah……
Berdiri di depan kelas menunggu kedatanganku……
Kau sambut aku dengan senyum…..
Berdiri di depan semua muridmu memberikan ilmu…….
Terkadang aku terlalu bosan mendengar ocehanmu……
Tapi, wajahmu terus tersenyum…….
Kesabaran yang kau berikan padaku……..
Maafkan aku wahai pahlawan…….
Aku hanya bisa mengingat jasa-jasamu padaku…….

Semoga tuhan memberikan yang terbaik atas jasa dan semua lelahmu………



Kakek


Engkau pergi tanpa berkata satu patah katapun padaku…….
Sedih mendengar engkau telah meninggalkan kami selama-lamanya……
Kakek……….
Aku masih membutuhkanmu……..
Hai sosok yang tegar…….
Aku masih ingin nasihatmu…….
Aku masih ingin mendengar tawamu……
Aku masih ingin mendengar cerita darimu……
Tak ada yang dapat menggatikanmu di mataku…….
Kuiringi kepergianmu dengan tangis sedih…….
Bahagialah engkau bersama para sholihin……
Terima kasih kek………
Aku akan sangat merindukanmu………

Ayah


Tetesan keringat tak kau perdulikan…….
Rasa lelah tak kau hiraukan……..
Kau berjuang demi anak dan keluargamu…….
Wahai ayah, wahai imam keluarga..
Kau cukupi kebutuhan keluargamu…..
Kau sempatkan waktu untuk keluargamu…….
Kau beri yang terbaik untuk keluargamu……….
Kau ajarkan yang baik pada keluargamu……..
Wahai ayah, semua tahu pengorbananmu……
Ketegasanmu adalah tanda sayangmu……..
Nasihatmu adalah bekal hidup keluargamu kelak…….
Hasil kerja kerasmu mencukupi kebutuhann dan keckupan keluargamu…….

Semoga tuhan membalas semua lelahmu ayah………

Untuk Bunda


Bunda…….
Nanda tau bunda sangat sayang nanda…….
Apapun yang nanda lakukan, tak akan sebanding jasa bunda…….
Hingga kini tutur lembut kata bunda selalu nanda dengar………
Belaian lembut tangan bunda masih bisa nanda rasakan…….
Kehangatan cinta bunda membuat nanda selalu menginginkan berada dalam dekapan bunda………
Hidup mati bunda petaruhkan hanya untuk nanda………
Terimakasih bunda……..
Untaian kata ini hanyalah untuk bunda, terimakasih ya Allah kau karuniakan bunda yang baik padaku……..

Teman Sejati


Kau ada di saat ku membutuhkanmu……..
Kau hadir saat ku menginginkan kehadiranmu……..
Kau menolongku saat ku butuh pertolonganmu……..
Kau mengusap tetesan air mataku……
Kau membantuku…….
Kau teman terbaik buatku…..
Setelah lama aku mencarimu
Akhirnya kutemukan dirimu teman
Berilah aku kesempatan tuk membalas budi baikmu……..
Berilah aku satu waktu tuk bebas mendengarkan curhatmu…….
Berilah aku satu kesempatan tuk bebas bersamamu……
Berilah aku satu kesempatan tuk selalu melontarkan senyum padamu……..
Teman hingga kapanpun ukhuwah ini akan tetap terjalin, walau kita tak dapat berjumpa kembali………
Semoga Allah selalu memberkatimu………. 

Sabtu, 10 September 2011

Surat Kepada Bunda



     
    Masih Ku Ingat Pesanmu
Bunda.........
Tuk Senantiasa Tabah
Tuk Senantiasa Berdo'a
Meski Coba Senantiasa Mendera

Bunda..........
Kini Nanda Tak Lagi Sendiri
Meski Tak Kan Pernah Ada 
Pengganti Ayah Bunda Sejati 
Di Sini.........

Nanda Temukan Kasih Ayah Bunda
Di Sini Nanda Miliki Saudara..........
Di Sini..... Nanda Dididik Dan Diasuh
Disini Suka Dan Duka BErsama S'lalu
Bersama........

Bunda....... 
Tenanglah Bunda Bersama-Nya
Di Sini Nanda Tengah Ditempa
Tuk Jadi Orang Yang Berguna
Bagi Agama Dan Bangsa.....

Jumat, 09 September 2011

Sahabat yang hilang





Sahabat kenapa kau berdiam diri
Apa salahku sahabat engkau yang paling baik bagiku
Kau…….
Adalah sejarah yang sangat panjang dalam kebaikan
Sahabat……
Apa salahku ketika aku bertanya kau diam??
Ini hanya seuntai kata bagimu sahabat........
Bagiku kaulah  sahabat yang telah lama aku mencarimu……

Perjalanan Seorang Ustadz


 Pada hari itu seperti biasanya anak-anak murid SDITRR bersekolah, kelas itu seketika hening mendengar ustaza Tati berkata “anak-anak mulai hari ini ustaza digantikan oleh teman taza ustad Fendi ”  ujar ustaza Tati sambil menunjuk ustad Fendi saat itu kelas yang tadinya hening tanpa suara tiba-tiba saja gaduh oleh suara tangisan anak-anak.
sejak hari itu ustaza Tati tidak mengajar lagi di SDITRR, “bagaimana jika ustad Fendi tidak sebaik ustaza Tati” ujar Thania “ya, mungkin ustad itu galak”balas Icha, anak kelas 3A menduga yang tidak-tidak tentang ustad Fendi tapi, ternyata salah ustad Fendi begitu baik ia selalu berusaha untuk membuat murid-muridnya senang. Saat program khusus ustad Fendi mendapat tugas mengajar TAHFIDZ ustad Fendi mengajar beberapa murid mulanya biasa-biasa saja tapi, lama-kelamaan anak-anak menjadi tidak semangat dalam menghafal, ustad Fendi akhirnya memberi hadiah COKLAT bagi 10 orang yang hafal pertama dan membentuk kelompok agar lebih semangat serta hafalannya dibebaskan ingin kemana saja.




  Hari ke minggu, bulan ke tahun, akhirnya kelas 3A menjadi anak kelas 4A sekarang mereka mendapat tambahan pelajaran serta mereka diajar oleh banyak guru. Ustad Fendi mengajar di bidang IPS dan KTK anak-anak akhirnya makin dekat dengan ustad Fendi. Pagi itu seperti biasanya ustad Fendi mengajar di kelas 4A untuk bidang KTK “Minggu depan kita membuat acar setuju”  tanya ustad Fendi meminta persetujuan murid kelas 4A “setuju” jawab anak-anak kelas 4A menjawab serempak mereka lalu berdiskusi per-kelompok sedang ustad hanya menulis bahan-bahan dan caranya di papan tulis ustad membiarkan anak-anak kelas 4A menikmati diskusinya.
Kini semakin banyak anak-anak SDITRR  yang dekat dengan ustad Fendi dan hampir seluruh anak kelas 4A tapi, ada juga yang kurang  dekat dengan ustad Fendi dan lebih dekat dengan ustad Pian. Walau begitu ustad Fendi tidak membedakan antara murid yang dekat dengannya atau ustad Pian.


   Ustad Fendi selalu mempertimbangkan keinginan anak muridnya dengan memilih yang baik, hari itu ustad Fendi mengajar   di kelas 4A di bidang IPS anak-anak meminta ustad Fendi untuk bercerita sejenak lalu ustad Fendi bercerita kepada anak murid kelas 4A dan ustad Fendi selalu berhasil membuat anak-anak itu tertawa. Dengan begitu berhasil membuat anak-anak itu semakin dekat dengannya.
Pada hari itu di SDITRR mengadakan lomba bercerita antar guru dan wali santri, ustad Fendi mengikuti lomba itu ia mendapat banyak dukungan dari murid SDITRR dan setelah ia bercerita pun ia mendapat  Applause  yang meriah.


  “Menurut kalian apakah ustad Fendi bakal menang?” tanya Icha kepada Rizka,Intan,Dioz, dan Hafidz “pastilah ustad Fendi kan guru tervaforit kita” ujar mereka (kalau tidak percaya tanya aja satu-satu murid kelas 5A) ternyata benar, ustad Fendi mendapat juara 1 saat ia menerima piala lagi-lagi tepuk tangan membanjiri SDITRR  murid-murid SDITRR tersenyum puas atas kemenangan ustad Fendi.


Setelah menunaikan ujian semester 2 anak kelas 4A kini menjadi anak 5A mereka semakin dekat dengan ustad Fendi pada hari pertama ustad Fendi masuk ke kelas 4A yang baru ia bercerita mengenai sifat-sifat anak kelas 5A keesokkan harinya saat pelajaran IPS anak kelas 5A tidak mendapati ustad Fendi disekitar SDITRR akhirnya saat istirahat sibuklah anak kelas 5A menelpon ustad Fendi hingga lebih dari 3x setelah itu saat masuk ustad Fendi bercerita kembali agar  ia bisa melihat tawa anak kelas 5A yang ceria.


  tapi, selang beberapa bulan kemudian anak kelas 5A mendengar kabar bahwa ustad Fendi kecelakaan mereka sangat cemas bahkan menangis “ya Allah ustad kenapa pergi naik motor kan bisa jalan kaki” ujar Rizka sambil mengelap air mata yang jatuh di pipinya “Rizka kalo jalan ustad itu ntar  capek mana jauh lagi” Dioz membela ustad Fendi dan ingin membuktikan bahwa memang itu bukan salah ustad Fendi anak kelas 5A menelpon ustad Fendi tapi, ternyata itu nomor yang sudah tidak aktif tapi, untung ada Rizka yang mempunyai nomor ustad yang baru “assalamu’alaikum ustad, ustad tidak apa-apa kan “ ujar rizka buru-buru “ia ini siapa” tanya ustad Fendi “Rizka ya?” “ya tad” jawab Rizka “ustad tidak apa-apa kan?” tanya Rizka lagi “ia Cuma lecet” “sama aja itu tad” ujar Rizka cemas “ga apa-apa kok besok masuk” “bener ya tad besok masuk” “ya”.




keesokan harinya  ustad Fendi benar-benar masuk lalu anak-anak segera mendekati ustad Fendi lalu salam saat istirahat ustad Fendi bermain bersama 3 orang anak kelas 5A (Fauzan,Hafidz dan Intan) “yang mana yang luka tad” tanya Intan  lalu ustad menunjuk kedua lutut dan sikutnya lalu hari-hari berjalan seperti biasa ustad Fendi kembali bercerita dan anak-anak mendengarkan.


  Lalu diadakanlah Milad SDITRR yang ke -8 sebagian anak-anak kelas 5A berpendapat kalau ustad Fendi jadi sombong sudah jarang senyum dan lain sebagainya tapi, saat tidak banyak orang ustad Fendi ternyata sangat ramah.
sesudah Milad ternyata ada lomba pramuka : puisi,UUD 1945,puisi,yel-yel motivasi,lkbb, dan lain-lain ternyata beberapa orang dari anak kelas 5A tidak dipilih yaitu : Fifi,Icha,Kesuma,Thania, dan beberapa orang lain mereka jadi sering ngomongin ustad Fendi dari belakang “ustad Fendi sombong ya“ ujar Icha kepada Thania dan Fifi “ ya tambah sombong aja” balas Thania hampir setiap kali murid yang ikut lomba itu latihan mereka yang tidak ikut terus GHIBAH in ustad Fendi. Hari itu lagi-lagi mereka ngomongin ustad Fendi, ternyata ustad melihat ke kelas mencari anak yang ikut lomba “eh…. Baru dibilangin datang” mereka sengaja mengeraskan suara agar ustad Fendi dengar.


  Pada hari jum’at  ustad Fendi berkata “ustad tau banyak yang ngomongin ustad dari belakang”  ujar ustad Fendi “kitalah itu” ujar Icha, Fifi, Dan Thania sambil berbisik  “siapa orangnya tad?” tanya Iza “ada” “ustad memang agak sibuk belakangan ini ustad minta maaf kalau ada salah, di sini kita sama-sama belajar sekarang ustad mau beritahu kalau iri dengki adalah perbuatan yang dilaknat Allah ustad ga’ mau lihat anak murid ustad terkena laknat Allah sadarlah bahwa Allah tidak main-main atas laknatnya nanti yang lain pasti ada kesempatan mengikuti lomba ustad tau semua anak SDITRR pasti punya bakat tersendiri” ustad Fendi menjelaskan dengan sabar. Anak-anak yang sudah ngomongin ustad dari belakang kelihatannya menyesal.


Thania tidak sengaja berkata seperti ini kepada Ciqa “tadi aku nangis dimarah sama ustad Fendi” lalu dengan cepat Ciqa berkata “ayo ceritakan” “tuh ustad Fendi” ujar Thania enteng lalu Ciqa & Thania segera memanggil ustad Fendi ustad mendengar panggilan mereka lalu mendekati mereka dan berkata dengan lembut “ada apa?” “ustad kenapa Thania nangis tadi” tanya Ciqa yang sejak tadi sudah penasaran apa yang membuat sahabatnya bisa menangis, dengan tersenyum ustad berkata dengan lembut “yang mana? Thania tidak pernah menangis”.


  Di lain waktu ada seorang murid kelas 5A bernama Thania yang terbilang tidak terlalu dekat dengan ustad Fendi merasa iri kenapa ia tidak pernah bisa dekat dengan ustad Fendi sedangkan hampir semua temannya di kelas 5A sangat-sangat dekat dengan ustad Fendi karena perasaan irinya itu ia akhirnya mencari nomor handpone ustad Fendi lalu mengubah nomornya dengan yang baru lalu memulai rencananya tapi, akhirnya rencananya itu hancur di tengah jalan rahasianya terbongkar oleh temanya Fifi,  saat itu dia sedang memikirkan rencana berikutnya tiba-tiba ada sms ustad Fendi yang isinya


Ustad Fendi :   Assalamu’alaikum wr.wb ananda Thania   lagi ngapain ni, lagi belajar ni, Thania   ustad bangga sama Thania, Thania   menjadi anak murid yang hafalan                       terbanyak
Thania :    sapa…..????
Ustad Fendi :   ni Ustad Fendi
Thania :  ustad maafin Thania ya tad, Thania nyamar   supaya bisa dekat dengan ustad
Ustad Fendi :    ya ga apa-apa, Thania kan termasuk anak   kelas terbaik ustad    he……he…..he……
Thania :  ustad baru kali ini ada sms yang buat   Thania nangis penuh penyesalan
 ustad Fendi :      memangnya Thania punya masalah apa?
Thania :                  ustad diam aja ya karena ini rahasia Thania pernah   bilang kalau Thania benci SDITRR
Ustad Fendi :   ya seharusnya Thania bersyukur bisa bersekolah di SDIT  & lebih   semangat ya…..
Thania :    ya tad  Thania akan lebih semangat sekarang Thania bangga   berada di SDITRR
Ustad Fendi : nah gitu dong...!!! terus semangat y Thania
Ketika di sekolah Thania melihat semua SMS di handpone Fifi semuanya menyangkut Thania
Fifi :  ustad Thania bilang ke Fifi dia minta   maaf kalau ada salah
Ustad Fendi :  memangnya Thania punya masalah apa?
Fifi :  entahlah tad, dia itu disuruh curhat   sama ustad nggak mau
Ustad Fendi :  ya, ustad juga minta maaf kalau ada   salah kan kalian kan anak kelas terbaik  ustad 4A
Fifi :  sekarang ustad itu lagi bicara sama anak   5A bukan 4A ustad
Ustad Fendi :   oh ya,ustad lupa
ketika sampai di rumah Thania langsung mengambil handpone nya dan yang ada di pikirannya hanyalah Ustad Fendi dan Ustad Fendi Thania jadi kurang fokus pada pekerjaan lalu dia mengambil handponenya dan tanpa Ba Bi Bu lagi Thania langsung menekan huruf-huruf yang membentuk ucapan yang ingin ia sampaikan pada sang Ustad.
seperti biasa ketika Thania ingin melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Hpnya Thania menuju kamar agar lebih sunyi dan mudah dalam merangkai kata-kata yang bagus dan tentu mencari kata-kata yang tidak menyakitkan hati seorang guru itu pada malam itu Thania kembali memegang Hpnya dan merangkai kata-kata yang baru tapi, isinya bukan pujian,pengaduan,curhat atau semacamnya isinya adalah pertanyaan Thania mengenai nomor Hp ustad Pian setelah mendapatkan nomor ustad Pian Thania mengubah semua rencananya.


  Thania mulai dengan teka-teki karangannya sendiri kini ia lebih senang sms-an  dengan ustad Pian dari ustad Fendi karena tanggapan ustad Pian yang begitu cepat mengenai pertanyaan-pertanyaan Thania dan karena ustad Pian cukup lucu dan terkadang ustad Pian membuat Thania Takut kini malam-malam Thania hanya diisi dengan belajar lalu sms ustad Pian/ustad Fendi/Rizka tapi, dari semuanya itu Thania lebih memilih untuk memberi teka-tekinya dengan ustad Pian. Malam-malam Thania kini diisi dengan sms-sms ustad Pian yang membuat ia tertawa,cemas,dan takut. Malam Thania tidak lagi berisi curhat dengan ustad Fendi.
Keesokan harinya ada pelajaran IPS di kelas 5A Ustad Fendi segera memasuki ruang kelas itu “kalian tahu…?” ujar ustad Fendi “ustad nge-fens dengan salah satu dari kalian” anak-anak Cuma bisa menebak siapa anak itu, dengan senyuman yang khas ustad Fendi berkata “dia duduk di pojok dekat dinding sebelah kiri” itu adalah barisan Thania tapi, yang jelas semua anak menunggu lanjutan pembicaraan ustad Fendi “Thania” lanjut ustad Fendi sambil melihat ke arah Thania. Thania tersentak ia lalu membayangkan apa yang ia perbuat kepada ustad Fendi, Thania sekarang seperti ada dalam mimpi yang tak pernah ia harapkan sama sekali di dalam hatinya Thania ingin sekali mengucapkan beribu maaf  untuk Ustad Fendi, Thania seperti ada di dalam mimpi terburuk, ia seperti sedang melayang-layang di atas beribu kesalahan yang amat besar ia sangat takut dan ia tak tahu apa yang harus ia perbuat.
Kini ia hanya bisa duduk melamun  dibangkunya membayangkan betapa kecewanya ustad Fendi jika tahu apa yang ada di pikirannya mengenai ustad Fendi dan jika ustad Fendi tahu apa yang ia lakukan ketika mendengar nama ustad Fendi Thania menutup kupingnya bagaimana mungkin ustad Fendi bisa tidak kecewa………??? Thania hanya bisa duduk dengan beribu gudang penyesalan yang ada di hatinya.


  Kini Thania hanya bisa duduk diam bagai patung mambayangkan jika ia menjadi ustad Fendi, saat pulang ia langsung berteriak “bu…………….. Mbak mau pindah sekolah ya…!!” “pindah sekolah.....? Kenapa mbak ga betah yA?” tanya ibunya  “gak Cuma sahabat mbak pindah ya mbak mau ikut juga” “ya udah ntar tanya sama ayah”
Esok harinya di sekolah Thania dan ayahnya tampak berjalan menuju kantor setelah kurang lebih setengah jam tepat saat kelas 5A pelajaran IPS bidang ustad Fendi “yah Thania pamit teman-teman dulu” ujar Thania sambil memasuki kelas 5A “assalamu’alaikum” ujar Thania “wa’alaikumsalam” jawab anak kelas 5A secara serempak,  lalu Thania memulai pembicaraan  “tad Thania minta waktunya sebentar”  “silahkan” “teman-teman Thania minta waktunya sebentar untuk teman-teman biarkan Thania berbicara, tolong kalian kunci sebentar mulut kalian, ustad Thania minta maaf atas kesalahan Thania dan…. Teman-teman sekarang juga Thania minta maaf jika ada salah Thania akan pindah sekolah” seketika itu suasana hening tanpa suara Rizka & Hafidz yang tadinya berkelahi langsung melihat kepada Thania yang diam seperti patung yang tak bisa berbuat apa-apa Dioz yang dari tadi sibuk dengan mengerjakan soal yang dikasih ustad Fendi spontan saja langsung terkejut “Tan kamu…..” tanya Rizka yang hampir saja mengeluarkan air mata “ya aku serius” jawab Thania satu per satu keluarlah air mata yang sejak tadi bertengger  di kelopak mata Thania “Ustad Thania jujur bahwa selama ini Thania sering berperasangka buruk terhadap ustad” ujar Thania dengan suaranya yang Parau “terimakasih selamat tinggal teman-teman” ujar Thania sambil keluar “TAN……………………… THANIA…………” ujar anak kelas 5A tapi, Thania sudah melangkah keluar.
Esok harinya, “Kasihan si Rizky Ga ada pertemuan terakhir dengan Thania” ujar Rizka “ya,  emangnya ST12  apa pake saat terakhir segala” balas Hafidz “eh…eh… kalian sepi ga kalo ga ada Thania…??” tanya Dioz “ya iyalah Hiburan kedua kita pergi jangan-jangan ustad Fendi ga’ masuk tuh ah……. Makin sepi deh 5A” jawab Dioz & Hafidz
Saat pulang sekolah Intan, Rizka, & Dioz masih menunggu di sekolah dan kebetulan ustad Fendi juga belum pulang “eh…. Ko kalian belom pulang” tanya ustad Fendi “belom tad masih…. Eh kenapa sih” Ujar Rizka yang kesal karena Dioz yang menginjak kakinya seperti melarang Rizka berkata yang sebenarnya “kami mau ustad anterin kami ke………. Em………… mana ya…” Tiba-tiba terdengar Intan berkata “ke mana….?? Minta anter sama ustad sih boleh tapi, kelihatannya ga muat deh 2 orang aja ya atau sisanya sama ustad Pian” jawab ustad Fendi “sisa emang makanan apa tad pake sisa segala” ujar mereka serempak “ga ko tad kami di sini bukan mau minta antar sama ustad tapi, mau tunggu Hafidz makasih ya tad kami udah duga walaupun main-main ustad pasti bersedia ustad sungguh baik” Rizka menjawab dengan jujur “makasih ya atas pujiannya ustad pulang dulu Assalamu’alaikum” “wa’alaikum salam” mereka menjawab serempak.
Keesokan harinya ustad Fendi agak berbeda tidak ada waktu cerita di saat istirahat untuk 5A “ustad Fendi kemana ya….???” tanya Dioz “ya tuh ga tau juga biasanya istirahat ke sini cerita ah…. Biarin aja ntar juga waktu pelajaran IPS ceritanya” jawab Intan, ternyata benar sekali saat pelajaran IPS ustad Fendi melangkahkan kakinya menuju kelas 5A “assalamu’alikum apa kabarnya hari ini….???” tanya ustad Fendi bersemangat “allhamdulillah subhanallah allahu akbar” jawab anak-anak dengan begitu semangat “allhamdulillah semuanya baik” tanya ustad Fendi lagi “baik dong tad 5A gitu” jawab mereka lagi ustad Fendi hanya tersenyum “ustad punya satu cerita tentang kehidupan ustad siapa mau dengar………..???” semua anak mengangkat tanganya dengan bersemangat. “tapi, jangan sedih ya” ujar ustad Fendi.
“Anak-anak ustad yang ustad sayangi dulu ustad waktu ustad sekolah ustad mendapat beasiswa karena termasuk murid yang kurang mampu dulu saat ustad sekolah ustad sering di olok-olok tapi, ustad tidak membalas ustad membiarkan karena nanti juga mereka bosan sendiri ketika pulang ustad berjalan ustad sempat bingung kok di jalan rumah ustad rame bener ustad terus berjalan hingga tinggal beberapa langkah lagi kok orang semakin ramai ustad juga melihat bendera kuning ada apa ya ketika sampai di rumah ustad melihat ayah ustad sudah tak bergerak dan ustad melihat di kamar ibu ustad sudah menangis” ujar ustad Fendi memulai ceritanya, di awal cerita telah nampak beberapa murid yang menitikkan air mata “melihat keadaan itu ustad menangis, menangis kenapa..?? Ikut-ikutan menangis” ustad Fendi berhasil membuat anak-anak yang tadinya menangis tertawa lalu ustad Fendi melanjutkan ceritanya hingga selesai.
Pada keesoan harinya ustad Fendi memasuki ruang kelas 5A ada apa? Ternyata ustad Fendi melihat keadaan ternyata ada salah seorang murid 5A yang bernama Dioz mempunyai masalah kini, ia sedang menangis di bangkunya “Dioz, kenapa Dioz?” tanya ustad Fendi sambil berjalan mendekati Dioz, Dioz hanya diam bagai patung duduk membeku di bangkunya sekali lagi ustad Fendi bertanya “Dioz ada masalah apa?” “ga ada kok tad” jawab Dioz “Kalo ga ada ngapain Dioz nangis” “Dioz Cuma keinjek beling ko tad” Dioz jujur “hem itu masalah namanya” ujar ustad Fendi smabil membawa Dioz ke UKS.
Pagi itu ustad Fendi memasuki ruang kelas 5A kelas begitu gaduh lalu Ustad Fendi berkata “tolong perhatikan sebentar” mendengar ustad Fendi kelas langsung diam dan semua murid memerhatikan ustad Fendi “ustad Abid nya ga ada jadi ustad gantikan sebentar ” mendengar itu semua anak langsung berteriak “hore…..” “eit mau dengar cerita ga? Kalo mau tolong disimak baik-baik” seketika itu kelas 5A hening semuanya diam “Ada seorang anak yang bernama Farid ingin membeli nasi goreng dagangannya mang Agif Farid berkata ‘mang beli nasi goleng’ apa? Tanya mang Agif lalu Farid pulang kerumah melatih lidahnya beli nasi goleng, beli nasi goreng” lalu ustad Fendi meneruskan hingga selesai ustad Fendi selalu berhasil membuat anak-anak tertawa dengan ceritanya yang lucu.


Kamis, 29 September 2011

Teman


Disaat matahari mulai menghilang....................

Disaat langit mulai menghitam..............

Hati ini kembali gelisah..............

Hati ini kembali Hitam..........

Hati ini kembali muram.............

Disaat itulah kau datang dengan senyummu.................


Disaat itulah kau datang dengan hati tulus............ 


Teman..........


Kau datang tepat dimana aku membutuhkanmu.............


Kau menabur bintang di hatiku.............

Memberi cahaya malam di hatiku..........

Menebar Kesejuan angin malam di hatiku..........


Tuhan............


izinkan aku mendengar ceritanya...............

izinkan aku mengusap air matanya............

izinkan aku melihat senyumnya...............

izinkan aku mendengar tawanya...............

izinkan aku mendekap tubuhnya....................

izinkan.........

mohon tuhan............... 

kembalikan kesempatan itu....................





Senin, 26 September 2011

Akhir Sahabat


            Kejadian yang terjadi dua tahun lalu ini terus kuingat, pada hari dimana itulah hari terakhirmu sobat, hari yang mengingatkanku akan janji Allah, bahwa semua makhluk tanpa terkecuali akan meninggalkan dunia fana ini, ingin aku meraung sejadi-jadinya engkau meninggal tepat di depanku dan surat akhirmu, tubuhmu terjatuh dan terbaring tak berdaya di ruang kelas, lokal ini menjadi tempat terakhirmu di dunia ini. Saat itu kau sedang menulis sebuah surat di atas kertas berwarna hijau muda kesukaanku. Kau asyik dengan tulisanmu, bahkan saat menjawab pertanyaanku kau tak menoleh sedikitpun padaku.
“Ngapain Riz??”
“Surat untukmu, bisa dibaca kalo udah selesai nanti…….”
“Kemana penaku??”
“owh, ini……..” Fariz merogoh kantung tasnya, tapi tak dia temukan, ia mengingat apa yang dia kerjakan tadi lalu berkata.
“Sudah kukembalikan…….”
“Belum Riz, ayolah, berikan padaku itu tanda sahabat kita, itu sangat berarti bagiku……”
“Sudah, tadi Azzam lihat, Tanya saja…..” berkata Fariz dan kebetulan di saat itu Azzam melewati kamu, aku memanggil Azzam.
“Ada apa Man?” ujarnya lembut, sifat ramah dan murah senyum membuatnya terkenal hingga ke ujung sekolah.
“Apa tadi kamu melihat Fariz mengembalikan penaku??”
“Oh, pena yang bertuliskan Fazman itu??”
“Iya, betul itu…..”
“Seingatku sudah, saat Fariz mengembalikan kamu sedang menggambar……..” 
“tapi itu tidak ada…..”
“Ya sudah Man, nanti biar kuganti pena itu…..” Fariz santai, aku curiga apa dia berbohong sudah mengembalikan penaku?
“Tidak, aku tak menginginkan gantinya…….” Belum selesai berbicara datang Hafidz menyalamiku, aku sedikit heran. Ada apa?
“Selamat ulang tahun ya Man, semoga jadi anak cerdas, berbakti dan umurmu berkah…” ujar Hafidz melontar senyumnya. Aku ingat hari ini adalah ulang tahunku, tapi, apa yang diberikan Fariz untukku? Dia sama sekali tak menghargai persahabatan ini, saat dia ulang tahun, aku memberikan sebuah novel yang sudah diidamkannya sejak awal novel itu beredar. Aku rela walau aku harus berjualan Koran dari pulang sekolah hingga sore, terkadang aku merasakan dinginnya hujan, Fariz sahabat yang tak tahu terimakasih, dia hanya berucap selamat? Aku tak percaya ini Fariz?

            “Azman tunggu aku……” Fariz mengejarku
“untuk apa? Bukankah kamu bisa pergi ke kantin bersama Azzam?? Azzam lebih penting dari aku!” Fariz terkejut dengan sikapku, aku setengah berlari ke kantin dia terus mengikutiku.
“Apa?!” seruku sambil berbalik ke belakang, Fariz menatapku
“Azman, jelaskan apa salahku? Masalah hadiah? Hari ini juga akan kuberi Man, apa karena hadiah saja kau berubah secepat itu?” Fariz memelas, sedikit kasihan tapi aku tak memperdulikannya aku duduk di bangku kantin Fariz mengikutiku.
“Kembalikan pena itu, pena itu berarti untukku……” ucapku sambil menunduk
“aku berjanji akan mendapatkannya hari ini juga……” balasnya dia menjulurkan tangannya ingin bersalaman, tak kuhiraukan aku segera pergi ke dalam kelas, aku melihat kekecewaan di wajah Fariz melihat perubahanku, memanfaatkan waktu dia mencari penaku di kelas, aku tak menghiraukannya.
“Terserah kau Fariz!! Kau tak menghargai pemberianku!! Kau menghilangkan pena kesayanganku!!” aku berteriak dalam hati, kekesalan ini bertambah dengan adanya dorongan setan. Sebenarnya ada rasa kasihan dalam hati ini, ingin kubantu Fariz mencari pena itu. Tapi, alangkah malunya aku, apa yang akan dikatakan teman-teman tentangku? Aku tak menghiraukannya mengambil kertas dan mulai mencorat-coret kertas itu. Bel berbunyi, Ustadz Anto memasuki kelas, dengan senyum dia menjawab salam dari kami, pr dikumpulan, ustadz Anto akan memeriksanya sementara kami bebas bermain asalkan tak terlalu ribut, Fariz tetap sibuk mencari pena itu, dia mencari tanpa menghiraukan penggilan dari siapapun kecuali aku dan ustadz, dia tak memperdulikan panggilan sombong padanya. Aku terharu melihat pengorbanan Fariz, titik-titik bening telah memenuhi pelupuk mataku, tapi aku terus berusaha untuk tidak menangis. Tiba-tiba bumi bergoyang, semua segera keluar membawa peralatan belajar mereka, aku menarik Fariz untuk keluar.
“Ayo Fariz! Guncangan ini kuat sekali, nanti kita tertimpa bangunan!” seruku
“tunggu, itu penanya……..!” Fariz berlari mengambil pena kesayangaku itu dan kembali ke tempat duduknya, mengambil surat tadi dan sebuah kotak. Bangunan mulai runtuh jarak bangku Fariz ke pintu cukup jauh, kami segera berlari tapi sebuah bangunan runtuh di belakang Fariz membuat kakiku bergetar dan sangat kaku untuk berjalan. Atap kelas kami akan terjatuh, Fariz mendorongku dan melempar surat, pena dan kotak yang berbungkus kertas kado warna hijau muda, kakiku masih kaku untuk digerakkan, Fariz tertimbun reruntuhan bangunan. Aku terududuk! Fariz telah pergi! Bumi perlahan kembali seperti semula, air mataku tak dapat ditahan, aku menangis sejadi-jadinya.
“Fariiiiz………” bibirku bergetar, Azzam menghampiriku.
“Bukan hanya Fariz yang tertimbun, Hafidz, Ustadz Anto dan Asywa di dalam……” air mata Azzam menetes. Berkali-kali dia mengucapkan Hamdallah bersyukur dia masih diberi nyawa.
“Asta..ghfiru..llah…….” aku terdendat mengucap istighfar, aku tak percaya semua ini! setelah semuanya tenang, aku pulang kerumah membawa pena, surat dan kotak kecil dari Fariz, jenazah Fariz sudah berada di rumah sakit, aku harap dia bahagia. Di jalan, air mataku tak dapat kuhentikan, bagaimana tidak! Fariz menyelamatkanku! Sia juga masih sempat memberi surat dan pena kesayanganku! Aku duduk di teras rumahku, adikku tidak apa-apa aku bersyukur, ummi dan abi sedang pergi ke rumah nenek, yang sudah dipastikan tidak akan terkena guncangan dahsyat itu. Perlahan kubuka kotak kecil itu, di dalamnya terdapat sebuah kotak musik yang melantunkan lagu Snada-Teman sejati, air mataku kembali membanjir setelah membaca surat dari Fariz.
“Azman, sahabat baikku, maafkan aku, hanya ini yang dapat kuberikan padamu, jika kita akan berpisah nanti, kuharap kau tak lupa denganku, tak banyak kebaikan yang kulakukan untukmu, hanya ini yang dapat kulakukan untukmu Man, Jazakumullah khairan katsira atas semua kebaikanmu sobat, di hari ulang tahunmu ini, kuharap kau bahagia untuk selamanya. Walau nanti kita tak dapat bertemu kembali……… salam hangat persahabatan Fariz” 
“Ya Allah, aku tak ingin pena ini, aku ingin sahabatku, ya Allah kembalikan Fariz, ambilah nyawaku, dia terlalu baik tuk disakiti ya Allah, aku belum sempat meminta maaf padanya ya Allah……..” aku berteriak dalam hati, seandainya saja aku mengetahui ini yang akan terjadi, aku akan biarkan pena itu hilang, sungguh baik hati Fariz, dia menghadiahkan nyawanya untukku, berilah dia tempat terbaik di sisimu ya Allah. Amiin.

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa



Kau mengajarku tanpa lelah……..
Dengan sabar kau beri ilmu padaku…….
Kau beri bekal hidup di masa datang……
Masih kuingat pesanmu…..
Untuk selalu berusaha jadi yang terbaik……
Untuk tidak mudah putus asa……
Untuk selalu berbuat kebaikan……
Pagi hari kau datang ke sekolah……
Berdiri di depan kelas menunggu kedatanganku……
Kau sambut aku dengan senyum…..
Berdiri di depan semua muridmu memberikan ilmu…….
Terkadang aku terlalu bosan mendengar ocehanmu……
Tapi, wajahmu terus tersenyum…….
Kesabaran yang kau berikan padaku……..
Maafkan aku wahai pahlawan…….
Aku hanya bisa mengingat jasa-jasamu padaku…….

Semoga tuhan memberikan yang terbaik atas jasa dan semua lelahmu………



Kakek


Engkau pergi tanpa berkata satu patah katapun padaku…….
Sedih mendengar engkau telah meninggalkan kami selama-lamanya……
Kakek……….
Aku masih membutuhkanmu……..
Hai sosok yang tegar…….
Aku masih ingin nasihatmu…….
Aku masih ingin mendengar tawamu……
Aku masih ingin mendengar cerita darimu……
Tak ada yang dapat menggatikanmu di mataku…….
Kuiringi kepergianmu dengan tangis sedih…….
Bahagialah engkau bersama para sholihin……
Terima kasih kek………
Aku akan sangat merindukanmu………

Ayah


Tetesan keringat tak kau perdulikan…….
Rasa lelah tak kau hiraukan……..
Kau berjuang demi anak dan keluargamu…….
Wahai ayah, wahai imam keluarga..
Kau cukupi kebutuhan keluargamu…..
Kau sempatkan waktu untuk keluargamu…….
Kau beri yang terbaik untuk keluargamu……….
Kau ajarkan yang baik pada keluargamu……..
Wahai ayah, semua tahu pengorbananmu……
Ketegasanmu adalah tanda sayangmu……..
Nasihatmu adalah bekal hidup keluargamu kelak…….
Hasil kerja kerasmu mencukupi kebutuhann dan keckupan keluargamu…….

Semoga tuhan membalas semua lelahmu ayah………

Untuk Bunda


Bunda…….
Nanda tau bunda sangat sayang nanda…….
Apapun yang nanda lakukan, tak akan sebanding jasa bunda…….
Hingga kini tutur lembut kata bunda selalu nanda dengar………
Belaian lembut tangan bunda masih bisa nanda rasakan…….
Kehangatan cinta bunda membuat nanda selalu menginginkan berada dalam dekapan bunda………
Hidup mati bunda petaruhkan hanya untuk nanda………
Terimakasih bunda……..
Untaian kata ini hanyalah untuk bunda, terimakasih ya Allah kau karuniakan bunda yang baik padaku……..

Teman Sejati


Kau ada di saat ku membutuhkanmu……..
Kau hadir saat ku menginginkan kehadiranmu……..
Kau menolongku saat ku butuh pertolonganmu……..
Kau mengusap tetesan air mataku……
Kau membantuku…….
Kau teman terbaik buatku…..
Setelah lama aku mencarimu
Akhirnya kutemukan dirimu teman
Berilah aku kesempatan tuk membalas budi baikmu……..
Berilah aku satu waktu tuk bebas mendengarkan curhatmu…….
Berilah aku satu kesempatan tuk bebas bersamamu……
Berilah aku satu kesempatan tuk selalu melontarkan senyum padamu……..
Teman hingga kapanpun ukhuwah ini akan tetap terjalin, walau kita tak dapat berjumpa kembali………
Semoga Allah selalu memberkatimu………. 

Sabtu, 10 September 2011

Surat Kepada Bunda



     
    Masih Ku Ingat Pesanmu
Bunda.........
Tuk Senantiasa Tabah
Tuk Senantiasa Berdo'a
Meski Coba Senantiasa Mendera

Bunda..........
Kini Nanda Tak Lagi Sendiri
Meski Tak Kan Pernah Ada 
Pengganti Ayah Bunda Sejati 
Di Sini.........

Nanda Temukan Kasih Ayah Bunda
Di Sini Nanda Miliki Saudara..........
Di Sini..... Nanda Dididik Dan Diasuh
Disini Suka Dan Duka BErsama S'lalu
Bersama........

Bunda....... 
Tenanglah Bunda Bersama-Nya
Di Sini Nanda Tengah Ditempa
Tuk Jadi Orang Yang Berguna
Bagi Agama Dan Bangsa.....

Jumat, 09 September 2011

Sahabat yang hilang





Sahabat kenapa kau berdiam diri
Apa salahku sahabat engkau yang paling baik bagiku
Kau…….
Adalah sejarah yang sangat panjang dalam kebaikan
Sahabat……
Apa salahku ketika aku bertanya kau diam??
Ini hanya seuntai kata bagimu sahabat........
Bagiku kaulah  sahabat yang telah lama aku mencarimu……

Perjalanan Seorang Ustadz


 Pada hari itu seperti biasanya anak-anak murid SDITRR bersekolah, kelas itu seketika hening mendengar ustaza Tati berkata “anak-anak mulai hari ini ustaza digantikan oleh teman taza ustad Fendi ”  ujar ustaza Tati sambil menunjuk ustad Fendi saat itu kelas yang tadinya hening tanpa suara tiba-tiba saja gaduh oleh suara tangisan anak-anak.
sejak hari itu ustaza Tati tidak mengajar lagi di SDITRR, “bagaimana jika ustad Fendi tidak sebaik ustaza Tati” ujar Thania “ya, mungkin ustad itu galak”balas Icha, anak kelas 3A menduga yang tidak-tidak tentang ustad Fendi tapi, ternyata salah ustad Fendi begitu baik ia selalu berusaha untuk membuat murid-muridnya senang. Saat program khusus ustad Fendi mendapat tugas mengajar TAHFIDZ ustad Fendi mengajar beberapa murid mulanya biasa-biasa saja tapi, lama-kelamaan anak-anak menjadi tidak semangat dalam menghafal, ustad Fendi akhirnya memberi hadiah COKLAT bagi 10 orang yang hafal pertama dan membentuk kelompok agar lebih semangat serta hafalannya dibebaskan ingin kemana saja.




  Hari ke minggu, bulan ke tahun, akhirnya kelas 3A menjadi anak kelas 4A sekarang mereka mendapat tambahan pelajaran serta mereka diajar oleh banyak guru. Ustad Fendi mengajar di bidang IPS dan KTK anak-anak akhirnya makin dekat dengan ustad Fendi. Pagi itu seperti biasanya ustad Fendi mengajar di kelas 4A untuk bidang KTK “Minggu depan kita membuat acar setuju”  tanya ustad Fendi meminta persetujuan murid kelas 4A “setuju” jawab anak-anak kelas 4A menjawab serempak mereka lalu berdiskusi per-kelompok sedang ustad hanya menulis bahan-bahan dan caranya di papan tulis ustad membiarkan anak-anak kelas 4A menikmati diskusinya.
Kini semakin banyak anak-anak SDITRR  yang dekat dengan ustad Fendi dan hampir seluruh anak kelas 4A tapi, ada juga yang kurang  dekat dengan ustad Fendi dan lebih dekat dengan ustad Pian. Walau begitu ustad Fendi tidak membedakan antara murid yang dekat dengannya atau ustad Pian.


   Ustad Fendi selalu mempertimbangkan keinginan anak muridnya dengan memilih yang baik, hari itu ustad Fendi mengajar   di kelas 4A di bidang IPS anak-anak meminta ustad Fendi untuk bercerita sejenak lalu ustad Fendi bercerita kepada anak murid kelas 4A dan ustad Fendi selalu berhasil membuat anak-anak itu tertawa. Dengan begitu berhasil membuat anak-anak itu semakin dekat dengannya.
Pada hari itu di SDITRR mengadakan lomba bercerita antar guru dan wali santri, ustad Fendi mengikuti lomba itu ia mendapat banyak dukungan dari murid SDITRR dan setelah ia bercerita pun ia mendapat  Applause  yang meriah.


  “Menurut kalian apakah ustad Fendi bakal menang?” tanya Icha kepada Rizka,Intan,Dioz, dan Hafidz “pastilah ustad Fendi kan guru tervaforit kita” ujar mereka (kalau tidak percaya tanya aja satu-satu murid kelas 5A) ternyata benar, ustad Fendi mendapat juara 1 saat ia menerima piala lagi-lagi tepuk tangan membanjiri SDITRR  murid-murid SDITRR tersenyum puas atas kemenangan ustad Fendi.


Setelah menunaikan ujian semester 2 anak kelas 4A kini menjadi anak 5A mereka semakin dekat dengan ustad Fendi pada hari pertama ustad Fendi masuk ke kelas 4A yang baru ia bercerita mengenai sifat-sifat anak kelas 5A keesokkan harinya saat pelajaran IPS anak kelas 5A tidak mendapati ustad Fendi disekitar SDITRR akhirnya saat istirahat sibuklah anak kelas 5A menelpon ustad Fendi hingga lebih dari 3x setelah itu saat masuk ustad Fendi bercerita kembali agar  ia bisa melihat tawa anak kelas 5A yang ceria.


  tapi, selang beberapa bulan kemudian anak kelas 5A mendengar kabar bahwa ustad Fendi kecelakaan mereka sangat cemas bahkan menangis “ya Allah ustad kenapa pergi naik motor kan bisa jalan kaki” ujar Rizka sambil mengelap air mata yang jatuh di pipinya “Rizka kalo jalan ustad itu ntar  capek mana jauh lagi” Dioz membela ustad Fendi dan ingin membuktikan bahwa memang itu bukan salah ustad Fendi anak kelas 5A menelpon ustad Fendi tapi, ternyata itu nomor yang sudah tidak aktif tapi, untung ada Rizka yang mempunyai nomor ustad yang baru “assalamu’alaikum ustad, ustad tidak apa-apa kan “ ujar rizka buru-buru “ia ini siapa” tanya ustad Fendi “Rizka ya?” “ya tad” jawab Rizka “ustad tidak apa-apa kan?” tanya Rizka lagi “ia Cuma lecet” “sama aja itu tad” ujar Rizka cemas “ga apa-apa kok besok masuk” “bener ya tad besok masuk” “ya”.




keesokan harinya  ustad Fendi benar-benar masuk lalu anak-anak segera mendekati ustad Fendi lalu salam saat istirahat ustad Fendi bermain bersama 3 orang anak kelas 5A (Fauzan,Hafidz dan Intan) “yang mana yang luka tad” tanya Intan  lalu ustad menunjuk kedua lutut dan sikutnya lalu hari-hari berjalan seperti biasa ustad Fendi kembali bercerita dan anak-anak mendengarkan.


  Lalu diadakanlah Milad SDITRR yang ke -8 sebagian anak-anak kelas 5A berpendapat kalau ustad Fendi jadi sombong sudah jarang senyum dan lain sebagainya tapi, saat tidak banyak orang ustad Fendi ternyata sangat ramah.
sesudah Milad ternyata ada lomba pramuka : puisi,UUD 1945,puisi,yel-yel motivasi,lkbb, dan lain-lain ternyata beberapa orang dari anak kelas 5A tidak dipilih yaitu : Fifi,Icha,Kesuma,Thania, dan beberapa orang lain mereka jadi sering ngomongin ustad Fendi dari belakang “ustad Fendi sombong ya“ ujar Icha kepada Thania dan Fifi “ ya tambah sombong aja” balas Thania hampir setiap kali murid yang ikut lomba itu latihan mereka yang tidak ikut terus GHIBAH in ustad Fendi. Hari itu lagi-lagi mereka ngomongin ustad Fendi, ternyata ustad melihat ke kelas mencari anak yang ikut lomba “eh…. Baru dibilangin datang” mereka sengaja mengeraskan suara agar ustad Fendi dengar.


  Pada hari jum’at  ustad Fendi berkata “ustad tau banyak yang ngomongin ustad dari belakang”  ujar ustad Fendi “kitalah itu” ujar Icha, Fifi, Dan Thania sambil berbisik  “siapa orangnya tad?” tanya Iza “ada” “ustad memang agak sibuk belakangan ini ustad minta maaf kalau ada salah, di sini kita sama-sama belajar sekarang ustad mau beritahu kalau iri dengki adalah perbuatan yang dilaknat Allah ustad ga’ mau lihat anak murid ustad terkena laknat Allah sadarlah bahwa Allah tidak main-main atas laknatnya nanti yang lain pasti ada kesempatan mengikuti lomba ustad tau semua anak SDITRR pasti punya bakat tersendiri” ustad Fendi menjelaskan dengan sabar. Anak-anak yang sudah ngomongin ustad dari belakang kelihatannya menyesal.


Thania tidak sengaja berkata seperti ini kepada Ciqa “tadi aku nangis dimarah sama ustad Fendi” lalu dengan cepat Ciqa berkata “ayo ceritakan” “tuh ustad Fendi” ujar Thania enteng lalu Ciqa & Thania segera memanggil ustad Fendi ustad mendengar panggilan mereka lalu mendekati mereka dan berkata dengan lembut “ada apa?” “ustad kenapa Thania nangis tadi” tanya Ciqa yang sejak tadi sudah penasaran apa yang membuat sahabatnya bisa menangis, dengan tersenyum ustad berkata dengan lembut “yang mana? Thania tidak pernah menangis”.


  Di lain waktu ada seorang murid kelas 5A bernama Thania yang terbilang tidak terlalu dekat dengan ustad Fendi merasa iri kenapa ia tidak pernah bisa dekat dengan ustad Fendi sedangkan hampir semua temannya di kelas 5A sangat-sangat dekat dengan ustad Fendi karena perasaan irinya itu ia akhirnya mencari nomor handpone ustad Fendi lalu mengubah nomornya dengan yang baru lalu memulai rencananya tapi, akhirnya rencananya itu hancur di tengah jalan rahasianya terbongkar oleh temanya Fifi,  saat itu dia sedang memikirkan rencana berikutnya tiba-tiba ada sms ustad Fendi yang isinya


Ustad Fendi :   Assalamu’alaikum wr.wb ananda Thania   lagi ngapain ni, lagi belajar ni, Thania   ustad bangga sama Thania, Thania   menjadi anak murid yang hafalan                       terbanyak
Thania :    sapa…..????
Ustad Fendi :   ni Ustad Fendi
Thania :  ustad maafin Thania ya tad, Thania nyamar   supaya bisa dekat dengan ustad
Ustad Fendi :    ya ga apa-apa, Thania kan termasuk anak   kelas terbaik ustad    he……he…..he……
Thania :  ustad baru kali ini ada sms yang buat   Thania nangis penuh penyesalan
 ustad Fendi :      memangnya Thania punya masalah apa?
Thania :                  ustad diam aja ya karena ini rahasia Thania pernah   bilang kalau Thania benci SDITRR
Ustad Fendi :   ya seharusnya Thania bersyukur bisa bersekolah di SDIT  & lebih   semangat ya…..
Thania :    ya tad  Thania akan lebih semangat sekarang Thania bangga   berada di SDITRR
Ustad Fendi : nah gitu dong...!!! terus semangat y Thania
Ketika di sekolah Thania melihat semua SMS di handpone Fifi semuanya menyangkut Thania
Fifi :  ustad Thania bilang ke Fifi dia minta   maaf kalau ada salah
Ustad Fendi :  memangnya Thania punya masalah apa?
Fifi :  entahlah tad, dia itu disuruh curhat   sama ustad nggak mau
Ustad Fendi :  ya, ustad juga minta maaf kalau ada   salah kan kalian kan anak kelas terbaik  ustad 4A
Fifi :  sekarang ustad itu lagi bicara sama anak   5A bukan 4A ustad
Ustad Fendi :   oh ya,ustad lupa
ketika sampai di rumah Thania langsung mengambil handpone nya dan yang ada di pikirannya hanyalah Ustad Fendi dan Ustad Fendi Thania jadi kurang fokus pada pekerjaan lalu dia mengambil handponenya dan tanpa Ba Bi Bu lagi Thania langsung menekan huruf-huruf yang membentuk ucapan yang ingin ia sampaikan pada sang Ustad.
seperti biasa ketika Thania ingin melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Hpnya Thania menuju kamar agar lebih sunyi dan mudah dalam merangkai kata-kata yang bagus dan tentu mencari kata-kata yang tidak menyakitkan hati seorang guru itu pada malam itu Thania kembali memegang Hpnya dan merangkai kata-kata yang baru tapi, isinya bukan pujian,pengaduan,curhat atau semacamnya isinya adalah pertanyaan Thania mengenai nomor Hp ustad Pian setelah mendapatkan nomor ustad Pian Thania mengubah semua rencananya.


  Thania mulai dengan teka-teki karangannya sendiri kini ia lebih senang sms-an  dengan ustad Pian dari ustad Fendi karena tanggapan ustad Pian yang begitu cepat mengenai pertanyaan-pertanyaan Thania dan karena ustad Pian cukup lucu dan terkadang ustad Pian membuat Thania Takut kini malam-malam Thania hanya diisi dengan belajar lalu sms ustad Pian/ustad Fendi/Rizka tapi, dari semuanya itu Thania lebih memilih untuk memberi teka-tekinya dengan ustad Pian. Malam-malam Thania kini diisi dengan sms-sms ustad Pian yang membuat ia tertawa,cemas,dan takut. Malam Thania tidak lagi berisi curhat dengan ustad Fendi.
Keesokan harinya ada pelajaran IPS di kelas 5A Ustad Fendi segera memasuki ruang kelas itu “kalian tahu…?” ujar ustad Fendi “ustad nge-fens dengan salah satu dari kalian” anak-anak Cuma bisa menebak siapa anak itu, dengan senyuman yang khas ustad Fendi berkata “dia duduk di pojok dekat dinding sebelah kiri” itu adalah barisan Thania tapi, yang jelas semua anak menunggu lanjutan pembicaraan ustad Fendi “Thania” lanjut ustad Fendi sambil melihat ke arah Thania. Thania tersentak ia lalu membayangkan apa yang ia perbuat kepada ustad Fendi, Thania sekarang seperti ada dalam mimpi yang tak pernah ia harapkan sama sekali di dalam hatinya Thania ingin sekali mengucapkan beribu maaf  untuk Ustad Fendi, Thania seperti ada di dalam mimpi terburuk, ia seperti sedang melayang-layang di atas beribu kesalahan yang amat besar ia sangat takut dan ia tak tahu apa yang harus ia perbuat.
Kini ia hanya bisa duduk melamun  dibangkunya membayangkan betapa kecewanya ustad Fendi jika tahu apa yang ada di pikirannya mengenai ustad Fendi dan jika ustad Fendi tahu apa yang ia lakukan ketika mendengar nama ustad Fendi Thania menutup kupingnya bagaimana mungkin ustad Fendi bisa tidak kecewa………??? Thania hanya bisa duduk dengan beribu gudang penyesalan yang ada di hatinya.


  Kini Thania hanya bisa duduk diam bagai patung mambayangkan jika ia menjadi ustad Fendi, saat pulang ia langsung berteriak “bu…………….. Mbak mau pindah sekolah ya…!!” “pindah sekolah.....? Kenapa mbak ga betah yA?” tanya ibunya  “gak Cuma sahabat mbak pindah ya mbak mau ikut juga” “ya udah ntar tanya sama ayah”
Esok harinya di sekolah Thania dan ayahnya tampak berjalan menuju kantor setelah kurang lebih setengah jam tepat saat kelas 5A pelajaran IPS bidang ustad Fendi “yah Thania pamit teman-teman dulu” ujar Thania sambil memasuki kelas 5A “assalamu’alaikum” ujar Thania “wa’alaikumsalam” jawab anak kelas 5A secara serempak,  lalu Thania memulai pembicaraan  “tad Thania minta waktunya sebentar”  “silahkan” “teman-teman Thania minta waktunya sebentar untuk teman-teman biarkan Thania berbicara, tolong kalian kunci sebentar mulut kalian, ustad Thania minta maaf atas kesalahan Thania dan…. Teman-teman sekarang juga Thania minta maaf jika ada salah Thania akan pindah sekolah” seketika itu suasana hening tanpa suara Rizka & Hafidz yang tadinya berkelahi langsung melihat kepada Thania yang diam seperti patung yang tak bisa berbuat apa-apa Dioz yang dari tadi sibuk dengan mengerjakan soal yang dikasih ustad Fendi spontan saja langsung terkejut “Tan kamu…..” tanya Rizka yang hampir saja mengeluarkan air mata “ya aku serius” jawab Thania satu per satu keluarlah air mata yang sejak tadi bertengger  di kelopak mata Thania “Ustad Thania jujur bahwa selama ini Thania sering berperasangka buruk terhadap ustad” ujar Thania dengan suaranya yang Parau “terimakasih selamat tinggal teman-teman” ujar Thania sambil keluar “TAN……………………… THANIA…………” ujar anak kelas 5A tapi, Thania sudah melangkah keluar.
Esok harinya, “Kasihan si Rizky Ga ada pertemuan terakhir dengan Thania” ujar Rizka “ya,  emangnya ST12  apa pake saat terakhir segala” balas Hafidz “eh…eh… kalian sepi ga kalo ga ada Thania…??” tanya Dioz “ya iyalah Hiburan kedua kita pergi jangan-jangan ustad Fendi ga’ masuk tuh ah……. Makin sepi deh 5A” jawab Dioz & Hafidz
Saat pulang sekolah Intan, Rizka, & Dioz masih menunggu di sekolah dan kebetulan ustad Fendi juga belum pulang “eh…. Ko kalian belom pulang” tanya ustad Fendi “belom tad masih…. Eh kenapa sih” Ujar Rizka yang kesal karena Dioz yang menginjak kakinya seperti melarang Rizka berkata yang sebenarnya “kami mau ustad anterin kami ke………. Em………… mana ya…” Tiba-tiba terdengar Intan berkata “ke mana….?? Minta anter sama ustad sih boleh tapi, kelihatannya ga muat deh 2 orang aja ya atau sisanya sama ustad Pian” jawab ustad Fendi “sisa emang makanan apa tad pake sisa segala” ujar mereka serempak “ga ko tad kami di sini bukan mau minta antar sama ustad tapi, mau tunggu Hafidz makasih ya tad kami udah duga walaupun main-main ustad pasti bersedia ustad sungguh baik” Rizka menjawab dengan jujur “makasih ya atas pujiannya ustad pulang dulu Assalamu’alaikum” “wa’alaikum salam” mereka menjawab serempak.
Keesokan harinya ustad Fendi agak berbeda tidak ada waktu cerita di saat istirahat untuk 5A “ustad Fendi kemana ya….???” tanya Dioz “ya tuh ga tau juga biasanya istirahat ke sini cerita ah…. Biarin aja ntar juga waktu pelajaran IPS ceritanya” jawab Intan, ternyata benar sekali saat pelajaran IPS ustad Fendi melangkahkan kakinya menuju kelas 5A “assalamu’alikum apa kabarnya hari ini….???” tanya ustad Fendi bersemangat “allhamdulillah subhanallah allahu akbar” jawab anak-anak dengan begitu semangat “allhamdulillah semuanya baik” tanya ustad Fendi lagi “baik dong tad 5A gitu” jawab mereka lagi ustad Fendi hanya tersenyum “ustad punya satu cerita tentang kehidupan ustad siapa mau dengar………..???” semua anak mengangkat tanganya dengan bersemangat. “tapi, jangan sedih ya” ujar ustad Fendi.
“Anak-anak ustad yang ustad sayangi dulu ustad waktu ustad sekolah ustad mendapat beasiswa karena termasuk murid yang kurang mampu dulu saat ustad sekolah ustad sering di olok-olok tapi, ustad tidak membalas ustad membiarkan karena nanti juga mereka bosan sendiri ketika pulang ustad berjalan ustad sempat bingung kok di jalan rumah ustad rame bener ustad terus berjalan hingga tinggal beberapa langkah lagi kok orang semakin ramai ustad juga melihat bendera kuning ada apa ya ketika sampai di rumah ustad melihat ayah ustad sudah tak bergerak dan ustad melihat di kamar ibu ustad sudah menangis” ujar ustad Fendi memulai ceritanya, di awal cerita telah nampak beberapa murid yang menitikkan air mata “melihat keadaan itu ustad menangis, menangis kenapa..?? Ikut-ikutan menangis” ustad Fendi berhasil membuat anak-anak yang tadinya menangis tertawa lalu ustad Fendi melanjutkan ceritanya hingga selesai.
Pada keesoan harinya ustad Fendi memasuki ruang kelas 5A ada apa? Ternyata ustad Fendi melihat keadaan ternyata ada salah seorang murid 5A yang bernama Dioz mempunyai masalah kini, ia sedang menangis di bangkunya “Dioz, kenapa Dioz?” tanya ustad Fendi sambil berjalan mendekati Dioz, Dioz hanya diam bagai patung duduk membeku di bangkunya sekali lagi ustad Fendi bertanya “Dioz ada masalah apa?” “ga ada kok tad” jawab Dioz “Kalo ga ada ngapain Dioz nangis” “Dioz Cuma keinjek beling ko tad” Dioz jujur “hem itu masalah namanya” ujar ustad Fendi smabil membawa Dioz ke UKS.
Pagi itu ustad Fendi memasuki ruang kelas 5A kelas begitu gaduh lalu Ustad Fendi berkata “tolong perhatikan sebentar” mendengar ustad Fendi kelas langsung diam dan semua murid memerhatikan ustad Fendi “ustad Abid nya ga ada jadi ustad gantikan sebentar ” mendengar itu semua anak langsung berteriak “hore…..” “eit mau dengar cerita ga? Kalo mau tolong disimak baik-baik” seketika itu kelas 5A hening semuanya diam “Ada seorang anak yang bernama Farid ingin membeli nasi goreng dagangannya mang Agif Farid berkata ‘mang beli nasi goleng’ apa? Tanya mang Agif lalu Farid pulang kerumah melatih lidahnya beli nasi goleng, beli nasi goreng” lalu ustad Fendi meneruskan hingga selesai ustad Fendi selalu berhasil membuat anak-anak tertawa dengan ceritanya yang lucu.


.

[gigya width="100" height="100" src="http://www.widgipedia.com/widgets/orido/Jam-Garuda-Indonesia-4639-8192_134217728.widget?__install_id=1276566823397&__view=expanded" quality="autohigh" loop="false" wmode="transparent" menu="false" allowScriptAccess="sameDomain" ]