Jumat, 30 Maret 2012

Aneeh!

Aku tak tahu nak cakap ape mase ni? Yang jelas, Icha dah tak pandai Melayu dah. Sebab, Icha dah tak chatt ngan abang akak lagi. Icha sedih tahu tak? Sebab tak dapat lama chatt ngan abang akak. Sebuk lah mase ni
 Nak tengok abang tak?
Ni lah abang.






Rabu, 28 Maret 2012

Andai


Andai
            “Sudahlah, berhenti merenung!”Ucap bang Alif.
“Aku yang merenung, apa mengganggumu?” tanyaku, dengan nada yang tak sesemangat biasanya.
“Tentu karena kau masuk dalam lingkup pandangku!” Nada ucapannya meninggi, aku mulai menjauh.
“Berhentilah, jangan kau fikir orang akan hanya memikirkanmu, kasihan gurumu. Terutama guru yang melatihmu.”
“Dia ustadz Pian,”
“Itu yang kumaksud, berhentilah merenung. Dari ceritamu aku tahu gurumu itu mengerti dirimu, tapi kau malah meremehkannya, kau tak menganggapnya. Yang kau tahu hanyalah berfikir merenung, kau yang paling benar!”
“Berhentilah berkata, apa yang kau tahu?”
“Andai kau itu ustadz Pian, andai kau guru yang melatih seorang murid sepertimu, bayangkan betapa susahnya!” itu ucapan terakhirnya, membuatku berfikir sejenak. Dan…,
***
Aku tersenyum membaca pesan dari seorang muridku, tampak ia merasa bahagia. Ia sering bercerita denganku kalau ia ingin sekali memenangkan perlombaan itu, tapi sejak tahun kemarin kekalahannya di lomba itu. Kecewanya sangat mendalam atas kekalahan yang ia hadapi. Dan saat ini, meski aku tak melihatnya. Aku bisa mengetahui bahagianya. Segera kubalas pesan itu.
“Yes!! Ada peluang kita, Cha.”  Segera kukirimkan pesan itu dan kembali melakukan aktivitasku. Aku benar-benar tak sempat mendampingi mereka saat lomba. Hanya bisa kudampingi mereka di pembukaan. Mendengar keluhan-keluhan mereka. Dan menjawab pertanyaan mereka. Sebenarnya aku ingin, tapi tugas yang saat ini kupegang demi sekolah, SDIT Rabbi Radhiyya. Tempatku membagi ilmu.
***
            Hari ini aku ada waktu untuk mendampingi mereka. Meski tak ada lomba TIK, ya, lomba yang telah 2 kali diikuti muridku. Yang hingga tahun kemarin, tetap kalah. Kutatap panggung itu, sebentar lagi lomba akan segera di mulai. Peserta solo song dari SDIT RR juga aku yang membimbing vokalnya. Di sini, di SMPN 01 RSBI. Alumni SDIT banyak melanjutkan sekolah ke sini, mungkin karena sekolah ini sudah terkenal atau memang ini sekolah favorit mereka. Baru sebentar aku melihat sekeliling, seorang alumni menghampiriku dan menyalamiku.
“Ustadz,” sapanya, aku ingat wajahnya. Milati Aulia Hasanah, di SDIT dulu, ia juga cukup terkenal cerdas.
“Ooh, Milati, apa kabar?” Tanyaku.
“Baik ustadz, ngawas lomba apa ustadz?”
“Solo Song sama azan,”
“Ooh, ustadz, anak SDIT RR ada yang masuk enam besar TIK kemarin itu tadz, ”
“Ah, iya? siapa namanya?”
“Annisa Soliha, jadi hari ini di tes yang kedua kali, untuk menentukan pemenang. Ditunggu panitia di lab computer.”  Jelasnya. Aku mengangguk mengerti.
“Ya sudah ustadz, masuk dulu, Assalamu’alaikum.”
“Oh, iya wa’alaikumsalam.” Kuambil ponselku di saku, segera mengirim info pada Icha, tentu lewat sms. Baru saja kukirim pesan itu, Fendi. Salah seorang temanku mengajar di SDIT datang menyapa.
“Eh, ustadz Pian, gimana murid kita?”
“Siap, insyaallah, eh, iya, Icha itu masuk enam besar TIK, jadi hari ini tes lagi.” Infoku.
“Oh, Annisa Soliha ada di mushola, lagi ikut hafalan surat yasiin.” Aku tersenyum, menyalami Fendi. Lalu Segera saja aku melangkahkan kaki ke mushola di SMP itu, sedikit melihat ke dalam. Ada. Terdengar Yetti, seorang temanku juga berkata.
“Nah, itu ustadz Pian,” Icha menoleh, kulihat ia sedang memegang ponselnya. Mungkin baru akan membalas pesanku. Ia segera berdiri, dan keluar.
“Ada apa ustadz?” tanya anak itu, lupa atau pura-pura tidak tahu. Entahlah.
“Udah lombanya? ikut ustadz sebentar ke lab computer, ditunggu sama panitia.” Anak itu mengangguk, mengikutiku dari belakang. Aku sedikit melambat, menyamakan langkahku dengan anak itu. Hemm, tapi mungkin juga anak itu yang berjalan agak cepat. Aku bertanya tentang lomba kemarin, dia menjawab cepat. Dilihatnya Milati di pintu itu, lalu berbalik bertanya padaku.
“Ustadz, rumus excel yang bisa jadi keterangan lulus atau tidak itu bagaimana?”
“Maksudnya? Nanti jadi keterangan misalnya tujuh puluh ke atas lulus gitu?” ia mengangguk. Aku faham maksudnya.
“Ooh, kalau itu seperti ini Cha,” kujelaskan semua pada anak itu, lalu mendekat ke lab computer. Aku segera bertanya pada anak yang ada di sana, termasuk Milati. Ternyata masih sebentar lagi.
“Kalau begitu dia ni ikut lomba dulu,”
“Oh, iya bisa, bisa.” Setelah kuucap terimakasih, lalu mengantarnya ke musola dan kembali mendampingi solo song, juga azan. Sekarang anak itu sedang menunggu giliran, mungkin. Setelah melihat solo song sejenak. Aku kembali ke ruang lomba azan. Mendampingi murid-muridku yang ikut 2 lomba sekaligus. Harapan anak itu memenangkan lomba TIK sangat besar, aku biasa tahu. Sejak ia menginfokan nilainya padaku. Ia terus menyebut ‘Rangking Satu Icha Ustadz, amiin’. Bukan hanya padaku, tapi pada semua guru pendamping. Amiin, dari berbagai orang yang ia anggap sholeh itu pun menambah yakinnya. Aku hanya bisa tersenyum, bangga membayangkan bahagianya memegang piala di sana. Dan yang mengerikan jika ia kalah, mungkin aku akan dimusuhinya seperti tahun dulu. Entah apa sebabnya, anak itu memang aneh. Kuat keinginannya tapi dalam kecewanya. Mungkin, bukan hanya aku yang pusing dibuatnya. Sedang asyik melihat Zia di ruang keterampilan, Fendi datang dan memberitahu kalau 6 besar TIK segera berkumpul, aku kembali melihat ke musola. Bertanya apakah lombanya sudah selesai? ternyata belum, aku kembali memberitahukan. Lalu mendampingi solo song dan azan lagi. Lomba yasiin sudah selesai, kulihat anak itu berjalan keluar. Bersama 2 orang panitia computer kelihatannya, mereka memasuki lab computer.
***
“Sudah Cha, gimana?” tanyaku pada anak itu.
“Soal praktek langsung kan?” Kulanjutkan pertanyaanku. Anak itu mengangguk. Dan banyak lagi yang aku tanyakan padanya saat itu. Sedang berbicara, muncul seorang saudaranya. Anak itu lalu berlalu pergi bersama saudaranya. Mungkin ia berkeliling sekolah ini, aku kembali berjalan mendekati solo song. Lalu sedikit berjalan, aku bertemu anak itu lagi. Kulihat ia menarik tangan saudaranya. Begitu melihatku ia berhenti.
“Mau pulang Cha?” tanyaku.
“Belum ustadz, keliling sebentar lah.” Aku mengangguk lalu kembali berjalan, anak itu pun berlalu bersama saudaranya. Sebentar lagi adzan zhuhur, karena ini hari Jum’at istirahat lebih cepat. Sebelum istirahat, mc di atas panggung mengumumkan beberapa cabang lomba yang sudah didapatkan pemenangnya. Termasuk yasiin dan TIK. Tak kudengar nama anak itu, entah kemana hilangnya. Yang jelas aku sudah tahu apa yang akan anak itu rasakan.Langsung saja kukirimkan pesan singkat melalui ponselku. Dan aku mendapat balasan.
“Belum ustadz, Icha lagi ada di depan gerbang.” Kulangkahkan kaki ke depan. Melihat anak itu sedang duduk di bawah pohon. Tak ada canda kali ini. Yang terdengar dan terlihat olehku jawaban anak itu pada saudaranya anggukkan dan kata ‘IYA’. Aku mendekat, anak itu menoleh. Berusaha untuk tersenyum, lalu kembali memalingkan wajahnya. Aku duduk di sebelah saudaranya, tentu berjarak.
“Icha sudah dengar pengumuman?” tanyaku. Anak itu menoleh, menangguk padaku.
“Bagaimana?”
“Ya, seperti itulah.” jawabnya lesu.
“Yang penting sudah masuk enam besar itu sudah masuk perhitungan,” ucapku.
“Perhitungan apa?” tanyanya.
“Ya, pokoknya itulah. Udah ya,” ia menoleh. Mengangguk. Dan temanku pun merasakan lesunya anak itu. Seperti saat ustadzah Yetti bertanya, saudaranya yang menjawb.
“Icha, gimana TIK?” ia hanya tersenyum, dia sedikit heran.
“Ehm, SD centre juara satu sama juara dua, juara tiganya SD satu.” Barulah ustadzah Yetti mengangguk. Dan, ketika ustadzah Demis bertanya.
“Nisa, gimana?” Ia hanya mengangkat bahu.
“Kalah,” ucap ustadzah Yetti, barulah ustadzah Demis menangguk.
***
            Aku menatap ke depan. Fikiranku kosong, tak tahu harus apa. Saudaraku, Asti menegurku. Aku hanya menoleh.
“Dek, Rioz tadi ngobrol sama ayuk,” Aku mengangguk.
“Anak SDIT menang solat jenazahnya.”
“Iya,” Hah, benar-benar hancur perasaanku saat ini. Entahlah.

Senin, 12 Maret 2012

Cerita dikit ya? ^^

Pertama chatting dengan salah satu pengurus ponpes Nurul Iman, aku dikira ibu. Ketawa sendiri ingetnya, apalagi baca ulang. ^^

IM 15 Des 18:04

  • 15 Des 17:55
    Annisa Soliha:Assalamu'alaikum..
  • 15 Des 17:55
    aktivis_fani:wa'alaikumsalam
  • 15 Des 17:56
    aktivis_fani:ada yg bisa kami bantu?
  • 15 Des 17:56
    Annisa Soliha:Numpang tanya, apakah ini ponpes Nurul Iman Lampung?
  • 15 Des 17:56
    aktivis_fani:OIya benar...
  • 15 Des 17:57
    Annisa Soliha:Saya dri Curup, ingin tahu tentang ponpes Nurul Iman..
  • 15 Des 17:58
    aktivis_fani:dengan senang hati kami akan berikan informasi seputar ponpes Nurul Iman Lampung
  • 15 Des 17:58
    Annisa Soliha:Saya dengan ustadz atw ustadzah ini??
  • 15 Des 17:58
    aktivis_fani:ustadz...
  • 15 Des 18:02
    Annisa Soliha:Oh, ustadz..
  • 15 Des 18:03
    aktivis_fani:ada sekiranya informasi yg ingin ditanyakan ibu?
  • 15 Des 18:03
    Annisa Soliha:Maaf, ustadz, sdikit lama.
  • 15 Des 18:04
    aktivis_fani:oiya, tidak ada ibu...atau barangkali bisa dilanjut setelah maghrib ya bu. Karena kebetulan di tempat kami sudah adzan. bagaimana?
  • 15 Des 18:04
    Annisa Soliha:Iya,
  • 15 Des 18:04
    Annisa Soliha:trimakasih ustadz,,
  • 15 Des 18:04
    aktivis_fani:sama-sama....
     
    Besoknya, baru aku jelaskan dan Alhamdulillah aku nggak dipanggil ibu lagi sama ustadz Fani ^^

    IM 16 Des 11:19

    • 16 Des 11:00
      Annisa Soliha:Wa'alaikumsalam
    • 16 Des 11:01
      Annisa Soliha:Saya ini calon siswi di sana ustadz, maaf kemaren, mungkin membuat ustadz kehilangan waktu
    • 16 Des 11:02
      aktivis_fani:oo...
    • 16 Des 11:02
      aktivis_fani:ndak papa...
    • 16 Des 11:03
      Annisa Soliha:Di sana ada Nurul Iman putri kan ustadz?
    • 16 Des 11:03
      Annisa Soliha:Eh, ini ustadz atw ustadzah?
    • 16 Des 11:04
      aktivis_fani:ini ustadz, tapi tinggalnya bukan di ponpes nurul iman, di jakarta.
    • 16 Des 11:04
      Annisa Soliha:Ohh...
    • 16 Des 11:04
      Annisa Soliha:Pengurusnya?
    • 16 Des 11:05
      aktivis_fani:iya betul
    • 16 Des 11:06
      Annisa Soliha:tapi, ustadz tahu kan seputar Nurul Iman?
    • 16 Des 11:07
      aktivis_fani:Insya Allah. websitenya kan yg mengelola kami.
    • 16 Des 11:07
      Annisa Soliha:owh..
    • 16 Des 11:09
      Annisa Soliha:sy lihat di kalendernya, ada ekskul pecinta alam dan bela diri, itu khusus putra atau putri blh?
    • 16 Des 11:11
      aktivis_fani:klu program, berlaku untuk putra-putri. cuman mungkin jenis dan tata cara pelaksanaannya yg beda.
    • 16 Des 11:12
      Annisa Soliha:maksudnya pecinta alam it bagaimana?
    • 16 Des 11:13
      aktivis_fani:pecinta alam biasanya berupa kegiatan tadabur alam, baik dengan rihlah atau mendaki gunung.
    • 16 Des 11:14
      Annisa Soliha:santri di sana ada yang diikutkan lomba, seperti lomba menulis g' ustadz?
    • 16 Des 11:15
      aktivis_fani:ada insya Allah.
    • 16 Des 11:15
      Annisa Soliha:kalo pengembangan bakat?
    • 16 Des 11:17
      aktivis_fani:bakat yg dimiliki siswi akan dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing2. sehingga bakat yang dimiliki akan semakin terasah dan semakin baik.
    • 16 Des 11:17
      Annisa Soliha:ada guru khusus ustadz?
    • 16 Des 11:17
      aktivis_fani:insya Allah ada
    • 16 Des 11:19
      Annisa Soliha:cukup dulu ustadz, trimakasih penjelasannya, Assalamu'alaikum
    • 16 Des 11:19
      aktivis_fani:oke sama-sama.
    • 16 Des 11:19
      aktivis_fani:wa'alaikum salam
     

Sabtu, 03 Maret 2012

Nggak Jelas

Icha tidak suka, disangkutkan pada masalah yang Icha tidak tahu akarnya! Dan Icha tidak suka difitnah!!!!

Jumat, 30 Maret 2012

Aneeh!

Aku tak tahu nak cakap ape mase ni? Yang jelas, Icha dah tak pandai Melayu dah. Sebab, Icha dah tak chatt ngan abang akak lagi. Icha sedih tahu tak? Sebab tak dapat lama chatt ngan abang akak. Sebuk lah mase ni
 Nak tengok abang tak?
Ni lah abang.






Rabu, 28 Maret 2012

Andai


Andai
            “Sudahlah, berhenti merenung!”Ucap bang Alif.
“Aku yang merenung, apa mengganggumu?” tanyaku, dengan nada yang tak sesemangat biasanya.
“Tentu karena kau masuk dalam lingkup pandangku!” Nada ucapannya meninggi, aku mulai menjauh.
“Berhentilah, jangan kau fikir orang akan hanya memikirkanmu, kasihan gurumu. Terutama guru yang melatihmu.”
“Dia ustadz Pian,”
“Itu yang kumaksud, berhentilah merenung. Dari ceritamu aku tahu gurumu itu mengerti dirimu, tapi kau malah meremehkannya, kau tak menganggapnya. Yang kau tahu hanyalah berfikir merenung, kau yang paling benar!”
“Berhentilah berkata, apa yang kau tahu?”
“Andai kau itu ustadz Pian, andai kau guru yang melatih seorang murid sepertimu, bayangkan betapa susahnya!” itu ucapan terakhirnya, membuatku berfikir sejenak. Dan…,
***
Aku tersenyum membaca pesan dari seorang muridku, tampak ia merasa bahagia. Ia sering bercerita denganku kalau ia ingin sekali memenangkan perlombaan itu, tapi sejak tahun kemarin kekalahannya di lomba itu. Kecewanya sangat mendalam atas kekalahan yang ia hadapi. Dan saat ini, meski aku tak melihatnya. Aku bisa mengetahui bahagianya. Segera kubalas pesan itu.
“Yes!! Ada peluang kita, Cha.”  Segera kukirimkan pesan itu dan kembali melakukan aktivitasku. Aku benar-benar tak sempat mendampingi mereka saat lomba. Hanya bisa kudampingi mereka di pembukaan. Mendengar keluhan-keluhan mereka. Dan menjawab pertanyaan mereka. Sebenarnya aku ingin, tapi tugas yang saat ini kupegang demi sekolah, SDIT Rabbi Radhiyya. Tempatku membagi ilmu.
***
            Hari ini aku ada waktu untuk mendampingi mereka. Meski tak ada lomba TIK, ya, lomba yang telah 2 kali diikuti muridku. Yang hingga tahun kemarin, tetap kalah. Kutatap panggung itu, sebentar lagi lomba akan segera di mulai. Peserta solo song dari SDIT RR juga aku yang membimbing vokalnya. Di sini, di SMPN 01 RSBI. Alumni SDIT banyak melanjutkan sekolah ke sini, mungkin karena sekolah ini sudah terkenal atau memang ini sekolah favorit mereka. Baru sebentar aku melihat sekeliling, seorang alumni menghampiriku dan menyalamiku.
“Ustadz,” sapanya, aku ingat wajahnya. Milati Aulia Hasanah, di SDIT dulu, ia juga cukup terkenal cerdas.
“Ooh, Milati, apa kabar?” Tanyaku.
“Baik ustadz, ngawas lomba apa ustadz?”
“Solo Song sama azan,”
“Ooh, ustadz, anak SDIT RR ada yang masuk enam besar TIK kemarin itu tadz, ”
“Ah, iya? siapa namanya?”
“Annisa Soliha, jadi hari ini di tes yang kedua kali, untuk menentukan pemenang. Ditunggu panitia di lab computer.”  Jelasnya. Aku mengangguk mengerti.
“Ya sudah ustadz, masuk dulu, Assalamu’alaikum.”
“Oh, iya wa’alaikumsalam.” Kuambil ponselku di saku, segera mengirim info pada Icha, tentu lewat sms. Baru saja kukirim pesan itu, Fendi. Salah seorang temanku mengajar di SDIT datang menyapa.
“Eh, ustadz Pian, gimana murid kita?”
“Siap, insyaallah, eh, iya, Icha itu masuk enam besar TIK, jadi hari ini tes lagi.” Infoku.
“Oh, Annisa Soliha ada di mushola, lagi ikut hafalan surat yasiin.” Aku tersenyum, menyalami Fendi. Lalu Segera saja aku melangkahkan kaki ke mushola di SMP itu, sedikit melihat ke dalam. Ada. Terdengar Yetti, seorang temanku juga berkata.
“Nah, itu ustadz Pian,” Icha menoleh, kulihat ia sedang memegang ponselnya. Mungkin baru akan membalas pesanku. Ia segera berdiri, dan keluar.
“Ada apa ustadz?” tanya anak itu, lupa atau pura-pura tidak tahu. Entahlah.
“Udah lombanya? ikut ustadz sebentar ke lab computer, ditunggu sama panitia.” Anak itu mengangguk, mengikutiku dari belakang. Aku sedikit melambat, menyamakan langkahku dengan anak itu. Hemm, tapi mungkin juga anak itu yang berjalan agak cepat. Aku bertanya tentang lomba kemarin, dia menjawab cepat. Dilihatnya Milati di pintu itu, lalu berbalik bertanya padaku.
“Ustadz, rumus excel yang bisa jadi keterangan lulus atau tidak itu bagaimana?”
“Maksudnya? Nanti jadi keterangan misalnya tujuh puluh ke atas lulus gitu?” ia mengangguk. Aku faham maksudnya.
“Ooh, kalau itu seperti ini Cha,” kujelaskan semua pada anak itu, lalu mendekat ke lab computer. Aku segera bertanya pada anak yang ada di sana, termasuk Milati. Ternyata masih sebentar lagi.
“Kalau begitu dia ni ikut lomba dulu,”
“Oh, iya bisa, bisa.” Setelah kuucap terimakasih, lalu mengantarnya ke musola dan kembali mendampingi solo song, juga azan. Sekarang anak itu sedang menunggu giliran, mungkin. Setelah melihat solo song sejenak. Aku kembali ke ruang lomba azan. Mendampingi murid-muridku yang ikut 2 lomba sekaligus. Harapan anak itu memenangkan lomba TIK sangat besar, aku biasa tahu. Sejak ia menginfokan nilainya padaku. Ia terus menyebut ‘Rangking Satu Icha Ustadz, amiin’. Bukan hanya padaku, tapi pada semua guru pendamping. Amiin, dari berbagai orang yang ia anggap sholeh itu pun menambah yakinnya. Aku hanya bisa tersenyum, bangga membayangkan bahagianya memegang piala di sana. Dan yang mengerikan jika ia kalah, mungkin aku akan dimusuhinya seperti tahun dulu. Entah apa sebabnya, anak itu memang aneh. Kuat keinginannya tapi dalam kecewanya. Mungkin, bukan hanya aku yang pusing dibuatnya. Sedang asyik melihat Zia di ruang keterampilan, Fendi datang dan memberitahu kalau 6 besar TIK segera berkumpul, aku kembali melihat ke musola. Bertanya apakah lombanya sudah selesai? ternyata belum, aku kembali memberitahukan. Lalu mendampingi solo song dan azan lagi. Lomba yasiin sudah selesai, kulihat anak itu berjalan keluar. Bersama 2 orang panitia computer kelihatannya, mereka memasuki lab computer.
***
“Sudah Cha, gimana?” tanyaku pada anak itu.
“Soal praktek langsung kan?” Kulanjutkan pertanyaanku. Anak itu mengangguk. Dan banyak lagi yang aku tanyakan padanya saat itu. Sedang berbicara, muncul seorang saudaranya. Anak itu lalu berlalu pergi bersama saudaranya. Mungkin ia berkeliling sekolah ini, aku kembali berjalan mendekati solo song. Lalu sedikit berjalan, aku bertemu anak itu lagi. Kulihat ia menarik tangan saudaranya. Begitu melihatku ia berhenti.
“Mau pulang Cha?” tanyaku.
“Belum ustadz, keliling sebentar lah.” Aku mengangguk lalu kembali berjalan, anak itu pun berlalu bersama saudaranya. Sebentar lagi adzan zhuhur, karena ini hari Jum’at istirahat lebih cepat. Sebelum istirahat, mc di atas panggung mengumumkan beberapa cabang lomba yang sudah didapatkan pemenangnya. Termasuk yasiin dan TIK. Tak kudengar nama anak itu, entah kemana hilangnya. Yang jelas aku sudah tahu apa yang akan anak itu rasakan.Langsung saja kukirimkan pesan singkat melalui ponselku. Dan aku mendapat balasan.
“Belum ustadz, Icha lagi ada di depan gerbang.” Kulangkahkan kaki ke depan. Melihat anak itu sedang duduk di bawah pohon. Tak ada canda kali ini. Yang terdengar dan terlihat olehku jawaban anak itu pada saudaranya anggukkan dan kata ‘IYA’. Aku mendekat, anak itu menoleh. Berusaha untuk tersenyum, lalu kembali memalingkan wajahnya. Aku duduk di sebelah saudaranya, tentu berjarak.
“Icha sudah dengar pengumuman?” tanyaku. Anak itu menoleh, menangguk padaku.
“Bagaimana?”
“Ya, seperti itulah.” jawabnya lesu.
“Yang penting sudah masuk enam besar itu sudah masuk perhitungan,” ucapku.
“Perhitungan apa?” tanyanya.
“Ya, pokoknya itulah. Udah ya,” ia menoleh. Mengangguk. Dan temanku pun merasakan lesunya anak itu. Seperti saat ustadzah Yetti bertanya, saudaranya yang menjawb.
“Icha, gimana TIK?” ia hanya tersenyum, dia sedikit heran.
“Ehm, SD centre juara satu sama juara dua, juara tiganya SD satu.” Barulah ustadzah Yetti mengangguk. Dan, ketika ustadzah Demis bertanya.
“Nisa, gimana?” Ia hanya mengangkat bahu.
“Kalah,” ucap ustadzah Yetti, barulah ustadzah Demis menangguk.
***
            Aku menatap ke depan. Fikiranku kosong, tak tahu harus apa. Saudaraku, Asti menegurku. Aku hanya menoleh.
“Dek, Rioz tadi ngobrol sama ayuk,” Aku mengangguk.
“Anak SDIT menang solat jenazahnya.”
“Iya,” Hah, benar-benar hancur perasaanku saat ini. Entahlah.

Senin, 12 Maret 2012

Cerita dikit ya? ^^

Pertama chatting dengan salah satu pengurus ponpes Nurul Iman, aku dikira ibu. Ketawa sendiri ingetnya, apalagi baca ulang. ^^

IM 15 Des 18:04

  • 15 Des 17:55
    Annisa Soliha:Assalamu'alaikum..
  • 15 Des 17:55
    aktivis_fani:wa'alaikumsalam
  • 15 Des 17:56
    aktivis_fani:ada yg bisa kami bantu?
  • 15 Des 17:56
    Annisa Soliha:Numpang tanya, apakah ini ponpes Nurul Iman Lampung?
  • 15 Des 17:56
    aktivis_fani:OIya benar...
  • 15 Des 17:57
    Annisa Soliha:Saya dri Curup, ingin tahu tentang ponpes Nurul Iman..
  • 15 Des 17:58
    aktivis_fani:dengan senang hati kami akan berikan informasi seputar ponpes Nurul Iman Lampung
  • 15 Des 17:58
    Annisa Soliha:Saya dengan ustadz atw ustadzah ini??
  • 15 Des 17:58
    aktivis_fani:ustadz...
  • 15 Des 18:02
    Annisa Soliha:Oh, ustadz..
  • 15 Des 18:03
    aktivis_fani:ada sekiranya informasi yg ingin ditanyakan ibu?
  • 15 Des 18:03
    Annisa Soliha:Maaf, ustadz, sdikit lama.
  • 15 Des 18:04
    aktivis_fani:oiya, tidak ada ibu...atau barangkali bisa dilanjut setelah maghrib ya bu. Karena kebetulan di tempat kami sudah adzan. bagaimana?
  • 15 Des 18:04
    Annisa Soliha:Iya,
  • 15 Des 18:04
    Annisa Soliha:trimakasih ustadz,,
  • 15 Des 18:04
    aktivis_fani:sama-sama....
     
    Besoknya, baru aku jelaskan dan Alhamdulillah aku nggak dipanggil ibu lagi sama ustadz Fani ^^

    IM 16 Des 11:19

    • 16 Des 11:00
      Annisa Soliha:Wa'alaikumsalam
    • 16 Des 11:01
      Annisa Soliha:Saya ini calon siswi di sana ustadz, maaf kemaren, mungkin membuat ustadz kehilangan waktu
    • 16 Des 11:02
      aktivis_fani:oo...
    • 16 Des 11:02
      aktivis_fani:ndak papa...
    • 16 Des 11:03
      Annisa Soliha:Di sana ada Nurul Iman putri kan ustadz?
    • 16 Des 11:03
      Annisa Soliha:Eh, ini ustadz atw ustadzah?
    • 16 Des 11:04
      aktivis_fani:ini ustadz, tapi tinggalnya bukan di ponpes nurul iman, di jakarta.
    • 16 Des 11:04
      Annisa Soliha:Ohh...
    • 16 Des 11:04
      Annisa Soliha:Pengurusnya?
    • 16 Des 11:05
      aktivis_fani:iya betul
    • 16 Des 11:06
      Annisa Soliha:tapi, ustadz tahu kan seputar Nurul Iman?
    • 16 Des 11:07
      aktivis_fani:Insya Allah. websitenya kan yg mengelola kami.
    • 16 Des 11:07
      Annisa Soliha:owh..
    • 16 Des 11:09
      Annisa Soliha:sy lihat di kalendernya, ada ekskul pecinta alam dan bela diri, itu khusus putra atau putri blh?
    • 16 Des 11:11
      aktivis_fani:klu program, berlaku untuk putra-putri. cuman mungkin jenis dan tata cara pelaksanaannya yg beda.
    • 16 Des 11:12
      Annisa Soliha:maksudnya pecinta alam it bagaimana?
    • 16 Des 11:13
      aktivis_fani:pecinta alam biasanya berupa kegiatan tadabur alam, baik dengan rihlah atau mendaki gunung.
    • 16 Des 11:14
      Annisa Soliha:santri di sana ada yang diikutkan lomba, seperti lomba menulis g' ustadz?
    • 16 Des 11:15
      aktivis_fani:ada insya Allah.
    • 16 Des 11:15
      Annisa Soliha:kalo pengembangan bakat?
    • 16 Des 11:17
      aktivis_fani:bakat yg dimiliki siswi akan dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing2. sehingga bakat yang dimiliki akan semakin terasah dan semakin baik.
    • 16 Des 11:17
      Annisa Soliha:ada guru khusus ustadz?
    • 16 Des 11:17
      aktivis_fani:insya Allah ada
    • 16 Des 11:19
      Annisa Soliha:cukup dulu ustadz, trimakasih penjelasannya, Assalamu'alaikum
    • 16 Des 11:19
      aktivis_fani:oke sama-sama.
    • 16 Des 11:19
      aktivis_fani:wa'alaikum salam
     

Sabtu, 03 Maret 2012

Nggak Jelas

Icha tidak suka, disangkutkan pada masalah yang Icha tidak tahu akarnya! Dan Icha tidak suka difitnah!!!!

.

[gigya width="100" height="100" src="http://www.widgipedia.com/widgets/orido/Jam-Garuda-Indonesia-4639-8192_134217728.widget?__install_id=1276566823397&__view=expanded" quality="autohigh" loop="false" wmode="transparent" menu="false" allowScriptAccess="sameDomain" ]